Denpasar- Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Trisno Nugroho mengatakan hingga Februari 2020, sebanyak 60 ribu merchant telah bergabung dalam sistem pembayaran digital nasional Quick Response Indonesia Standart (QRIS). Merchantnya bervariasi, tidak hanya pedagang, tetapi juga tempat ibadah, kantin, koperasi di lingkungan sekolah dan universitas hingga destinasi wisata.
"Pedagang di pusat perbelanjaan modern, UMKM khas daerah, hingga pedagang pasar tradisional telah menerapkan QRIS," kata Trisno, usai menghadiri "Talkshow Belanja Praktis dengan QRIS" serta "Pameran dan Seminar QRIS dan Lembaga Keuangan Mikro" yang digelar di Gedung Dharma Negara Alaya (DNA), Denpasar Bali, Rabu 26 Februari 2020.
Seperti diketahui, pemerintah menerapkan, mulai 1 Januari 2020, semua transaksi pembayaran non tunai lewat QR hanya menggunakan satu device yaitu Quick Response Indonesia Standart (QRIS). QRIS dapat menerima semua divice, seperti Gopay, OVO, Dana, LinkAja atau penerbit uang elektronik lainnya.
Menurutnya, sejak diluncurkan, Perwakilan BI Provinsi Bali terus berupaya menyosialisasikan QRIS ke semua elemen, muali dari perbankan, pemerintah, pengusaha, hingga masyarakat umum dalam upaya menggalakkan transaksi non tunai dan menciptakan cashless society. Sebelumnya transaksi non tunai digalakkan melalui kartu uang elektronik, kini sistem pembayaran digital dengan menggunakan QR Code semakin diperluas.
Trisno menambahkan sosialisasi kebijakan sistem pembayaran dan QR Code Indonesian Standard ini bertujuan mengkomunikasikan kebijakan sistem pembayaran di Indonesia. Sosialisasi ditujukan kepada stakeholders seperti kementerian dan lembaga, akademisi, asosiasi, pelaku pasar barang dan jasa, perbankan, kelompok millenial dan komunitas lainnya.
Di Bali, sebanyak 260 mesin QRIS sudah dipasang di pura, masjid, gereja, dan vihara. Selain itu juga terpasang disejumlah pasar antara lain Pasar Phula Kerti dan Pasar Ikan Kedonganan.
Trisno menjelaskan penggunaan QRIS sangat mudah hanya dengan tap QR Code dari ponsel pintar. Apalagi kini semua masyarakat telah memiliki gadget dan menggunakan smartphone untuk aktivitas sehari-hari. Ini merupakan revolusi sistem pembayaran, karena sektor keuangan pun tak luput dari disrupsi," tuturnya.
Ia mengungkap data We Are Social (2019) yang menyebutkan penetrasi penggunaan smartphone di Indonesia mencapai 133 persen dari total populasi. Dengan kata lain, ada orang Indonesia yang memiliki lebih dari satu smartphone. Tingginya penggunaan smartphone ditambah lagi dengan semakin inovasinya transaksi non tunai mulai dari mobile banking hingga QR Code akan mendorong pesatnya pertumbuhan pembayaran digital.
Ada banyak keuntungan bagi merchant dengan transaksi non tunai ini, seperti memudahkan operasional, mengurangi resiko uang palsu, efisiensi waktu, meningkatkan keamanan, memberikan kemudahan bagi pelanggan, dan meningkatkan image positif serta penjualan. Sementara bagi user atau pengguna, lebih efisien karena tidak perlu membawa banyak uang tunai sehinga lebih aman.[]
Baca Juga:
- Pembayaran Digital Lewat DANA Resmi di App Store
- Asosiasi Fintech: Potensi Bisnis Dompet Digital Gede