Benny Wenda, Tokoh dalam Konflik Papua

Benny Wenda, mungkin tak banyak orang yang tahu namanya atau bahkan sosoknya. Pria kelahiran Lembah Baliem, Papua.
Benny Wenda (Foto: bennywenda.org)

Jakarta - Benny Wenda, mungkin tak banyak orang yang tahu namanya atau bahkan sosoknya. Pria kelahiran Lembah Baliem, Papua ini disebut oleh Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) dalam keterangan resminya sebagai pegiat separatisme Papua yang memiliki rekam jejak kriminal di Papua.

Masa Kecil

Dalam website-nya, bennywenda.org, ia menceritakan bagaimana kehidupan di desanya berubah, saat militer datang pada 1977. Wenda melihat segala bentuk kekerasan yang dilakukan oleh aparat militer. Bahkan, anggota keluarganya ada yang meninggal dunia.

Pria yang lahir pada 17 Agustus 1974 ini juga menceritakan kehidupan sekolahnya selama di Indonesia. Menurutnya, saat itu hanya ada dua orang Papua. Ia juga mengaku menjadi korban bully, bahkan sampai diludahi oleh teman sekelasnya.

Benny WendaBenny Wenda (Foto: bennywenda.org)

Pergerakan Benny Wenda

Setelah pemerintahan Soeharto lengser, Wenda kemudian menjadi salah satu yang menuntut pembebasan Papua melalui organisasi Dewan Musyawarah Masyarakat Koteka (Demmak).

Benny Wenda juga kabarnya terlibat dalam penyerangan markas Kepolisian Sektor (Polsek) Abepura pada tahun 2000. Sebanyak enam polisi tewas dalam serangan tersebut. Ia kemudian ditangkap pada 6 Juni 2002.

Setelah dimasukan penjara, pada 27 Oktober 2002 ia berhasil membobol lubang ventilasi udara dan kemudian melarikan diri. Saat itu, ia dibantu teman-temannya untuk dilarikan ke negara tetangga, Papua Nugini.

Anomali Penghargaan

Pada 2003, ia mendapatkan suaka politik untuk tinggal di Oxford, Inggris. Di sana, Wenda yang menjabat Ketua Persatuan Gerakan Pembebasan untuk Papua Barat (ULMWP) mendapatkan penghargaan Oxford Freedom of the City Award dari Dewan Kota Oxford, Inggris.

Akan tetapi, pemerintah Indonesia melalui keterangan resmi Kemenlu di website-nya, kemlu.go.idmengecam pemberian penghargaan itu. Kemenlu mengeluarkan pernyataan resmi yang isinya:

1. Indonesia menghargai sikap tegas Pemerintah Inggris yang konsisten dalam mendukung penuh kedaulatan dan integritas Negara Kesatuan Republik Indonesia dan karenanya sikap Dewan Kota Oxford tidak punya makna apapun.

2. Indonesia mengecam keras pemberian award oleh Dewan Kota Oxford kepada seseorang bernama Benny Wenda, pegiat separatisme Papua yang memiliki rekam jejak kriminal di Papua.

3. Pemberian award ini menunjukkan ketidakpahaman Dewan Kota Oxford terhadap sepak terjang yang bersangkutan dan kondisi Provinsi Papua dan Papua Barat yg sebenarnya, termasuk pembangunan dan kemajuannya.

4. Posisi Indonesia terhadap kelompok separatisme akan tetap tegas. Indonesia tidak akan mundur satu inci pun untuk tegakkan NKRI.

Dalam perjalanannya, pemerintah Indonesia pada 2011 juga telah mengeluarkan Red Notice dan Surat Perintah Penangkapan Internasional untuk penangkapan Wenda karena melakukan sejumlah pembunuhan dan penembakan di Tanah Air. Dengan demikian, Wenda saat itu resmi menjadi buronan Interpol. Namun, Wenda kemudian mengklaim, Red Notice itu sudah dicabut. []


Berita terkait
Aksi Menolak Rasisme di Sorong Papua
Aksi menolak rasisme di Sorong, Papua Barat, yang berujung ricuh Senin masih berlanjut hingga hari ini, massa turun ke jalan melakukan blokade.