Simalungun - Kebijakan belajar tatap muka oleh salah satu SD negeri di Panei Tongah, Kecamatan Panei, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, sangat didukung para orang tua siswa. Mereka mengeluhkan belajar daring yang tidak efektif.
Salah seorang orang tua siswa, yakni Marlina boru Marpaung, 33 tahun, warga Panei Tongah, Kecamatan Pane, mengaku mendukung langkah pihak SD Negeri 091287 Panei Tongah yang menggelar belajar tatap muka terhadap anak didik. Anaknya bernama Riyan Hutasoit, pelajar kelas 5 di sekolah tersebut.
"Sangat mendukung kami. Selama ini, anak saya susah belajarnya pakai model daring. Kadang belajar, kadang tak mau. Susah mendidiknya," kata Marlina dihubungi lewat telepon seluler, Kamis, 6 Agustus 2020.
Marlina menyebut, tidak khawatir dengan proses belajar mengajar secara tatap muka.
Karena peserta didiknya adalah sesama siswa yang satu wilayah atau satu kampung, dan bukan dari luar daerah semisal Medan atau luar kabupaten.
"Mana khawatir, karena siswanya dari sesama satu kampung ini. Kecuali yang datang dari Medan atau luar kabupaten barulah kami khawatir," ungkapnya ketika ditanya soal kemungkinan anak terpapar virus corona.
Dia menyebut, proses belajar mengajar baru dilakukan dua kali pertemuan sejak tahun ajaran baru. Berharap itu akan berlanjut.
"Sudah bisalah dimulai belajar tatap muka. Sedangkan swalayan saja sudah dibuka, masa sekolah belum," katanya.
Sebelumnya, guru SD Negeri 091287 Panei Tongah, Kecamatan Panei, Kabupaten Simalungun, mengunggah kegiatan belajar tatap muka di sekolahnya melalui media sosial Facebook, Kamis, 6 Agustus 2020.
Belajar mengajar itu diikuti sejumlah siswa di luar gedung sekolah. Mereka duduk di kursi sambil memegang buku, dengan posisi dan jarak yang cukup berjauhan, yakni minimal satu meter antarsiswa.
Sementara sang guru, Francius Meulana Sipayung duduk dan sesekali berdiri di tengah para anak didiknya, tetap mengenakan masker dan dengan jarak aman dari para siswa.
Saya mengajar anak-anak dengan pakai shift
Mereka belajar dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yang dianjurkan pemerintah.
Kepada Tagar, Francius dihubungi lewat telepon seluler mengakui dirinya menggelar kegiatan belajar mengajar tatap muka. Kegiatan sudah dilakukan sejak Senin lalu.
Baca juga:
- Siswa Simalungun Belajar Tatap Muka di Ruang Terbuka
- Pelajar Simalungun Panjat Pohon untuk Belajar Daring
- Curhat Warga Simalangun Meraba Jaringan Internet
Menurut pria yang kerap disapa Frans itu, dia merupakan guru kelas 5 di SD Negeri 091287 Panei Tongah. Ada sebanyak 20 siswa di kelasnya.
Mayoritas siswanya tidak memiliki smartphone untuk bisa mengikuti kegiatan belajar secara daring.
Mengatasinya, diambil kebijakan dengan menggelar belajar secara luring. Sebelum memutuskan itu, pihak sekolah berkoordinasi dengan para orang tua siswa.
Mereka sepakat dan meminta guru melakukan pengajaran secara tatap muka.
Frans kemudian merespons kesediaan para orang tua, menggelar belajar tatap muka. Tetapi dengan menerapkan protokol kesehatan, cuci tangan, pakai masker, dan menjaga jarak antarsiswa.
Menariknya, dia menggelar kegiatan belajar di alam terbuka.
"Saya mengajar anak-anak dengan pakai shift. Misalnya, hari ini mulai jam 8 sampai jam 9 belajar diikuti lima orang anak. Kemudian jam 9 sampai jam 10, lima anak lainnya," kata Frans.
Selama proses belajar, Frans tidak bersikap kaku. Dia bahkan tampak mengajak anak-anak didiknya bernyanyi, di mana Frans memegang gitar dan memainkannya.
Tampak anak-anak begitu lepas dan senang mengikuti proses belajar diselingi dengan hiburan. "Biar anak-anak juga terhibur saat saya ajak bernyanyi," kata Frans.
Guru berusia 30 tahun ini kemudian berharap pemerintah segera mungkin menggelar belajar mengajar tatap muka. Tetapi dengan menerapkan protokol kesehatan.
"Sudah selayaknya pemerintah menerapkan belajar mengajar tatap muka. Tentu dengan protokol kesehatan, dan juga memakai sistem shift," katanya.[]