Jakarta - Presiden Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB) Arie Gumilar telah menyampaikan penolakannya atas rencana pengangkatan mantan Gubenur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok sebagai pimpinan di BUMN tersebut.
Menurut Politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Mohamad Guntur Romli, Presiden FSPPB telah terpapar virus radikalisme.
Dia menyoroti keterlibatan Arie dalam Gerakan 212 yang berhasil menggulingkan Ahok dari kursi DKI-1 pada 2017 lalu.
Tokoh FSPPB yang menolak Ahok diduga terpapar virus radikalisme seperti Ketuanya Arie Gumilar yang aktif di Gerakan 212 yang aktif menyebarkan isu SARA.
Guntur Romli, sapaannya, mengaku telah melihat pemasang spanduk-spanduk yang menyatakan penolakan terhadap Ahok untuk mengisi jabatan di PT Pertamina (Persero).
"Tokoh FSPPB yang menolak Ahok diduga terpapar virus radikalisme seperti Ketuanya Arie Gumilar yang aktif di Gerakan 212 yang aktif menyebarkan isu SARA dalam gerakan politik, saat ini viral di medsos keterlibatan Arie Gumilar bersama tokoh-tokoh yang lain" katanya melalui pesan singkat yang diterima Tagar, Jumat malam, 16 November 2019.
Seperti diketahui, Presiden FSPPB Arie Gumilar menilai Ahok merupakan sosok orang yang kasar, kerap buat keributan. Sehingga dia menolak suami Puput Nastiti Devi menjadi bos di Pertamina.
Sedangkan soal cacat persyaratan materiil yang disebutkan oleh FSPPB, menurut Guntur Romli hanya dalih yang dibuat-buat, semata untuk menjegal langkah Ahok yang dikenal sebagai tokoh antikorupsi.
"Cacat persyaratan materiil itu hanya dalih yang dibuat-dibuat, maksud mereka Ahok pernah di penjara kan, itu Arie Gumilar malah jadi pemuja Habib Rizieq yang pernah dua kali masuk penjara, ini ketakutan akan adanya perbaikan antikorupsi yang dikenal dari sosok Ahok" kata dia.
Bagi Politikus PSI ini, Ahok cocok menjabat sebagai bos di perusahaan pelat merah, utamanya untuk membersihkan perusahaan negara dari korupsi.
"Ahok cocok di BUMN, dia bersih, transparan dan profesional, membersihkan BUMN dari korupsi dan meningkatkan produktivitas" kata Guntur Romli. []