Bekasi dan Dua Daerah Ini Terancam Kekeringan Ekstrem

BMKG Jabar ingatkan ada 3 kabupaten di Jawa Barat diprediksi mengalami kekeringan ekstrim lebih dari 60 hari. Ketiganya berdekatan.
Peta curah hujan dan kekeringan di wilayah Jawa Barat. (Foto: Laporan BMKG)

Bandung - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Jawa Barat mengingatkan akan ada 3 kabupaten di Jawa Barat yang diprediksi mengalami kekeringan ekstrim lebih dari 60 hari. Tiga kabupaten itu adalah Bekasi, Karawang, dan Indramayu.

Kabupaten Bekasi meliputi daerah Lemah Abang dan Pegayuran. Kabupaten Karawang meliputi daerah Pasir Ukem dan Pataruman. Kabupaten Indramayu meliputi Gantar, Bantar, Bantarhuni, Cipancuh dan Taming.

“Dari hasil monitoring hari tanpa hujan dan Peta analisis curah hujan kemarin atau hari ini menunjukkan akan ada 3 wilayah yang diprediksi akan mengalami kekeringan ekstrim lebih dari 60 hari akibat tidak akan ada hujan selama 60 hari lebih,” tutur Peneliti Cuaca dan Iklim BMKG Jawa Barat Lid Mujtahidin dalam keterangan tertulisnya di Bandung, Senin 1 Juli 2019.

Sebelumnya, Deputi Bidang Klimatologi BMKG Herizal menuturkan berdasarkan hasil pemantauan curah hujan dan prakiraan peluang curah hujan sangat rendah pada beberapa wilayah yang akan berdampak terhadap potensi kekeringan meteorologis atau iklim dengan status siaga hingga awas di beberapa wilayah di Jawa Barat dan wilayah lainnya di Indonesia.

Dari hasil monitoring hari tanpa hujan dan Peta analisis curah hujan kemarin atau hari ini menunjukkan akan ada 3 wilayah yang diprediksi akan mengalami kekeringan ekstrim lebih dari 60 hari akibat tidak akan ada hujan selama 60 hari lebih.

“Status awas artinya telah mengalami hari tanpa hujan (HTH) lebih dari 61 hari dengan prospek peluang curah hujan rendah lebih dari 20 mm, atau dasarian (satuan waktu meteorologi yang lamanya sepuluh hari) pada 20 hari mendatang lebih dari 80%,” tutur dia. 

Daerah dengan status awas kekeringan ekstrim tersebut diantaranya; sebagian besar wilayah Yogyakarta, Jawa Timur meliputi Sampang dan Malang, sebagian besar wilayah Nusa Tenggara Timur, Bali di wilayah Buleleng dan Jawa Barat di Indramayu.

Awas Siaga Kekeringan

Sementara itu, wilayah status siaga kekeringan meliputi daerah, Jakarta Utara, Banten meliputi Lebak dan Tangerang, Nusa Tenggara Barat, dan sebagian besar Jawa Tengah. Hasil itu berdasarkan analisa BMKG bagi daerah yang telah mengalami hari tanpa hujan (HTH) lebih dari 31 hari, dan prospek peluang curah hujan rendah kurang dari 20 cmm atau lebih dari 10 hari (dasarian) pada 20 hari mendatang lebih dari 80 persen. 

“Monitoring terhadap perkembangan musim kemarau menunjukkan berdasarkan luasan wilayah, 35 persen wilayah Indonesia telah memasuki musim kemarau dan 65% wilayah masih mengalami musim hujan,” kata dia.

Adapun secara umum, wilayah yang telah memasuki musim kemarau meliputi pesisir utara dan timur Aceh, Sumatera Utara bagian utara, Sumatera bagian selatan, Jawa, Bali, NTB, NTT, Kalimantan bagian tenggara, pesisir barat Sulawesi Selatan, pesisir utara Sulawesi Utara, pesisir dalam perairan Sulawesi Tengah, sebagian Maluku dan Papua bagian selatan.

“Musim kemarau tidak berarti tidak ada hujan sama sekali. Beberapa daerah diprediksikan masih berpeluang mendapatkan curah hujan. Pada umumnya prospek akumulasi curah hujan 10 hari ke depan, berada pada kategori Rendah (kurang dari 50 mm dalam 10 hari),” ujarnya.

Meski demikin, tambahnya, beberapa daerah memang masih berpeluang mendapatkan curah hujan kategori memengah dan tinggi. Curah hujan kriteria Menengah (50 – 150 dalam 10 hari) diprakirakan dapat terjadi hanya di pesisir Aceh, Sumatera Barat, Bengkulu, Sumatera Selatan bagian barat, Jambi bagian barat, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah bagian utara, Sulawesi bagian tengah, Papua Barat bagian utara dan Papua bagian utara.

“Sedangkan curah hujan kriteria Tinggi [lebih dari 150 dalam 10 hari] diprakirakan dapat terjadi di pesisir timur Sulawesi Tengah dan Papua bagian tengah.” tambah dia.

Pantauan BMKG dan beberapa Lembaga Internasional terhadap kejadian anomali iklim global di Samudera Pasifik menunjukkan kondisi El Nino Lemah. Sedangkan Anomali SST di wilayah Samudera Hindia menunjukkan kondisi Indian Ocean Dipole (IOD) positif. Kondisi ini diperkirakan akan berlangsung setidaknya hingga Oktober, November, Desember 2019. []

Baca juga:

Berita terkait