Beda Antara Asuransi Syariah dan Konvensional

Perbedaan paling utama antara asuransi syariah dan asuransi konvensional (nonsayriah) adalah dari konsep pengelolaannya
Ilustrasi - Dana yang dikeluarkan untuk asuransi Syariah. (Foto: Tagar/Unplash/Jp valery)

Jakarta - Perbedaan paling utama antara asuransi syariah dan asuransi konvensional (nonsayriah) adalah dari konsep pengelolaannya. Proteksi syariah memiliki konsep pengelolaan sharing risk sedangkan asuransi konvensional transfer risk.

Konsep pengelolaan asuransi konvensional berupa transfer risk adalah perlindungan dalam bentuk pengalihan risiko ekonomis atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan ke perusahaan asuransi sebagai penanggung risiko. Atau dengan kata lain Peserta dengan membeli atau bergabung sebagai peserta asuransi konvensional akan ditanggung risiko ekonomisnya oleh perusahaan asuransi.

Sedangkan sharing risk yang merupakan pengelolaan asuransi syariah adalah konsep di mana para peserta memiliki tujuan yang sama yakni tolong menolong, yakni melalui investasi aset atau tabarru yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu menggunakan akad yang sesuai dengan syariah yang diwakilkan pengelolaannya ke perusahaan asuransi syariah dengan imbalan ujrah.

Di samping perbedaan mendasar tersebut, ada beberapa perbedaan praktis antara proteksi syariah dan konvesional yang perlu diketahui:

Kontrak/Perjanjian/Akad. Kontrak/akad pada asuransi syariah adalah akad hibah (jenis akad tabbarru) sebagai bentuk ta’awwun (tolong menolong/saling menanggung risiko di antara peserta) sesuai dengan syariat Islam. Sedangkan kontrak pada asuransi konvensional yaitu kontrak pertanggungang oleh perusahaan asuransi kepada peserta asuransi sebagai tertanggung.

Kepemilikan Dana. Proteksi Syariah menerapkan kepemilikan dana bersama (dana kolektif para peserta). Jika ada peserta yang mengalami musibah maka peserta lain akan membantu (memberikan santunan) melalui kumpulan dana tabarru’. Ini adalah bagian dari prinsip sharing of risk. Sharing of risk ini tidak berlaku pada asuransi konvensional, di mana perusahaan asuransi yang mengelola dan menentukan dana perlindungan nasabah yang berasal dari pembayaran premi per bulan.

Surplus Underwriting. Surplus underwriting adalah selisih lebih (positif) dari pengelolaan risiko underwriting dana Tabarru yang telah dikurangi oleh pembayaran santunan, reasuransi, dan cadangan teknis, yang dikalkulasi dalam satu periode tertentu.

Proteksi syariah membagikan surplus underwriting ke para peserta sesuai dengan regulasi yang ada dan fitur produk yang telah disepakati sebelumnya. Sedangkan untuk produk konvensional tidak mengenal surplus underwriting atau dengan kata lain keuntungan underwriting asuransi konvensional menjadi pihak perusaahan asuransi dan tidak ada pembagian kepada peserta asuransi.

Memiliki Dewan Pengawas Syariah. Berbeda dengan konvensional, untuk memastikan prinsip syariah maka, perusahaan asuransi syariah wajib memiliki dewan pengawas syariah yang melakukan fungsi pengawasan terhadap pemenuhan prinsip syariah pada kegiatan usaha lembaga keuangan syariah, termasuk proteksi syariah

Tidak Melakukan Transaksi yang Dilarang Dalam Keuangan Syariah. Transaksi pada asuransi syariah harus terhindar dari unsur maysir (untung-untungan), gharar (ketidakjelasan), riba dan risywah (suap).

Halal. Investasi berbentuk Tabarru’ dilakukan sesuai syariat Islam, sehingga portofolio investasi hanya akan melibatkan instrumen yang halal saja (dari berbagai sumber). []

- Ahmad Asfa

Memilih Asuransi yang Tepat Bagi Pemula

Tips Berasuransi Agar Tidak Merugi dari Lolita Setyawati

Apa itu Asuransi? Kenapa Sangat Penting?

5 Tips Memilih Asuransi Kendaraan

Berita terkait
Mengapa Harus Asuransi Syariah?
Produk asuransi dapat menjadi salah satu upaya dalam memproteksi kita melalui upaya memperkecil risiko
0
Harga Emas Antam di Pegadaian, Kamis 23 Juni 2022
Harga emas Antam hari ini di Pegadaian, Kamis, 23 Juni 2022, untuk ukuran 1 gram mencapai Rp 1.028.000. Simak ulasannya berikut ini.