Jakarta - Pemerintah China di masa kepemimpinan Xi Jinping memperkenalkan ke publik megaproyek pembangunan jalur dagang bernama Belt Road Initiative atau One Belt One Road (OBOR) sejak 2013.
Setelah enam tahun berjalan, setidaknya ada 150 negara yang telah menandatangani kesepakatan (MoU) dengan China untuk investasi pembangunan sejumlah proyek infrastruktur, seperti jalan, rel kereta api, dan pelabuhan.
Pembangunan yang disebut-sebut sebagai jalur sutera abad 21 tersebut terdiri dari jalan, pelabuhan, perumahan, dan energi.
Namun, meski menjadi proyek yang paling populer di abad 21, beberapa negara berkembang di Afrika tidak tertarik untuk menandatangani alokasi dana investasi pembangunan infrastruktur tersebut dari China.
Dilansir dari Quartz, ada beberapa negara di Benua Afrika yang belum kunjung ikut serta dalam proyek ini. Negara-negara tersebut adalah Eritrea, Mauritius, Burkina Faso, Republik Demokratik Kongo, Republik Afrika Tengah, Benin, Guinea Khatulistiwa, Swatini, dan Bostwana.
Hal ini disebabkan beberapa faktor, seperti Swatini karena mengakui kedaulatan negara Taiwan, atau seperti Republik Demokratik Kongo, Republik Afrika Tengah, dan Benin yang menentang aksesi China dengan PBB pada 1971. Beberapa negara lain tidak mengikuti program ini disebabkan ketiadaan hubungan diplomatik dengan China.
Pembangunan yang disebut-sebut sebagai jalur sutera abad 21 tersebut terdiri dari jalan, pelabuhan, perumahan, dan energi. Cina berencana menginvestasikan dana sebesar 8 triliun dollar Amerika Serikat (AS) atau lebih dari Rp 12.600 triliun untuk seluruh proyek infrastruktur tersebut dalam bentuk pinjaman lunak. []