Batik Analyzer, Cara BBKB Yogyakarta Manfaatkan Teknologi

BBKB Yogyakarta memanfaatkan Teknologi 4.0 memiliki alat yang bisa mendeteksi batik asli atau bukan. Namanya Batik Analyzer.
Kepala BBKB Yogyakarta Titik Purwati Widowati saat memberikan sambutan dalam Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik (SNIKB) II secara daring, Selasa, 6 Oktober 2020. (Foto: Tagar/tangkapan layar webinar)

Yogyakarta - Sebagai rangkaian memperingati Hari Batik Nasional 2020 yang telah dibuka oleh Menteri Perindustrian RI, Agus Gumiwang Kartasasmita pada 2 Oktober 2020, Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) Yogyakarta menyelenggarakan Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik (SNIKB) II yang dilaksanakan Selasa, 6 Oktober 2020.

Merujuk kebijakan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita yang menyatakan Kementerian Perindustrian adalah leading sector inisiatif Making Indonesia 4.0. Mengambil tema Peran Teknologi 4.0 Dalam pengembangan Industri Batik dan Kerajinan, seminar tersebut dilakukan secara virtual dan diikuti ratusan peserta.

Kepala BBKB Yogyakarta Titik Purwati Widowati mengatakan, tujuaan diselenggarakannya seminar ini lebih pada menjadi tempat untuk mempublikasikan hasil penelitian dan pengembangan terkait industri kerajinan dan batik. "Juga untuk berbagai gagasan dan pemikiran dari kalangan industri, pemerintahan, perguruan tinggi ataupun profesional dalam bidang kerajinan dan batik mengenai inovasi yang dapat dilakukan untuk memperkuat industri kerajinan dan batik Indonesia di era Revolusi Industri 4.0,” ujarnya dalam seminar, Selasa, 6 Oktober 2020.

Baca Juga:

Menurutnya, peningkatan daya saing dan pemanfaatan teknologi 4.0 lainnya diharapkan akan mendorong mempercepat pemulihan ekonomi kerajinan dan batik, yang hampir semuanya merupakan industri kecil dan menengah (IKM). Bahkan IKM juga merupakan rantai pasok IKM lainnya dan atau industri besar.

Batik analyzer ini semacam software dalam bentuk aplikasi di mana setiap orang dengan telpon pintarnya dapat mendeteksi sebuah bakti itu asli atau bukan.

Kaitannya dengan pemanfaatan teknologi 4.0, BBKB juga telah melakukan inovasi di bidang teknologi untuk kerajinan dan batik, antara lain pengembangan alat pendeteksi keaslian batik yang dinamakan Batik Analyzer. Lalu otomasi peralatan membatik juga upaya pembuatan functional batik yang telah dikembangkan sejak 2019 lalu.

Batik analyzer ini semacam software dalam bentuk aplikasi di mana setiap orang dengan telpon pintarnya dapat mendeteksi sebuah bakti itu asli atau bukan,” tuturnya.

Peserta Webinar BatikPara peserta Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik (SNIKB) II bertemakan Peran Teknologi 4.0 Dalam pengembangan Industri Batik dan Kerajinan saat mengikuti seminar yang dilakukan secara daring, Selasa, 6 Oktober 2020. (Foto: Tagar/tangkapan layar webinar)

Hadir pada seminar itu beberapa narasumber diantaranya Doddy Rahadi selaku Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kementerian Perindustrian. Lalu Fadli Hamsani (PT. Schenider Electric Indonesia),Yan Yan Sunarya (Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung) dan Mr. Dominic Low (Asian Civilisation Museum Singapura).

Dalam sambutannya Kepala BPPI Doddy Rahadi mengemukakan bahwa teknologi memegang peranan yang penting dalam penerapan Making Indonesia 4.0 di industri. "Penerapan teknologi tersebut dimaksudkan untuk mengingkatkan produktivitas dan efisiensi di dunia industri sehingga nantinya akan meningkatkan daya saing produk,” ungkap dia.

Baca Juga:

Seminar ini dilakukan secara panel diikuti oleh pembina industri, peneliti, dosen, mahasiswa, assosiasi, pemerhati, dan pencinta kerajinan dan batik selain para praktisi dan pelaku industri baik dari instansi pemerintah maupun swasta sebagai pemakalah ataupun sebagai peserta non pemakalah.

BBKB pun berharap, melalui seminar ini akan tercipta ide inovasi baru yang nantinya dapat berkembang menjadi produk teknologi yang mampu mendukung proses industri kerajinan dan batik dari hulu hingga hilirnya.

“Untuk menyikapi berbagai tantangan serta dinamika di era Revolusi Industri 4.0, langkah-langkah kolaboratif perlu dilakukan dengan melibatkan beberapa pemangku kepentingan, mulai dari institusi pemerintahan, asosiasi dan pelaku industri, hingga unsur akademisi dan media,” ungkap Titik. []

Berita terkait
Kaum Difabel Buat Masker Batik untuk Topang Perekonomian
Kaum difabel di Rumah Batik Palbatu jakarta Selatan, membuat masker batik untuk menggerakkan Perekonomian.
Curahan Hati Maestro Batik Asal Majalengka
Maestro batik asal Majalengka, Hery Suhersono berharap agar pemerintah bisa memberikan perhatian lebih bagi pengrajin batik.
Hari Batik Nasional, Ganjar: Terus Berinovasi dan Berkreasi
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta di tengah pandemi, pelaku batik terus berkreasi dan berinovasi. Hari Batik Nasional.