Majalengka - Maestro batik asal Majalengka, Jawa Barat, Hery Suhersono mengatakan hingga saat ini bahan baku pembuatan batik masih banyak yang didatangkan dari luar negeri. Hal ini menujukan bahwa pemerintah pusat maupun daerah masih setengah hati mendukung kemajuan industri batik di tanah air.
Padahal, menurut Hery batik merupakan salah satu budaya bangsa Indonesia yang sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu.
“Kenapa sih keberadaan batik di Indonesia, Indonesia ya bukan Majalengka saja, sudah ratusan tahun tapi bahan bakunya seperti kain, pewarna dan lainnya masih didatangkan dari luar negeri,” kata Hery di Majalengka, Jumat, 2 Oktober 2020.
Kondisi ini menurut Hery membuat para pengrajin batik di Indonesia merasa produksi batik di Indonesia masih tergantung negara lain. Batik yang merupakan warisan budaya bangsa Indonesia justru memberikan keuntungan bagi negara lain.
Baca juga : Menkop UKM Minta Pemkab Banyuwangi Perkuat UMKM Batik
Tantangan-tantangan yang seperti saya katakan tadi ya sudahlah, kita sabar saja.
Hery juga menilai pemerintah daerah tebang pilih dan belum sepenuhnya mendukung para pengrajin batik dalam mengembangkan usaha mereka. “Pemerintah daerah juga tebang pilih, siapa yang memberi upeti itu yang mereka dukung untuk pengembangan usahanya,” kata Hery.
Meski demikian, Hery tak putus asa. Ia mengajak para pengrajin batik untuk terus bersama-sama berjuang dan memajukan industri batik di Indonesia. “Tantangan-tantangan yang seperti saya katakan tadi ya sudahlah, kita sabar saja,” ujar Hery.
Hery berharap pemerintah bisa memberikan perhatian lebih bagi industri batik demi menjaga dan mempertahankan budaya bangsa.
Hery Suhersono adalah seorang maestro batik Majalengka. Dari tangannya puluhan karya batik lahir. Salah satu motif batik ciptaannya yaitu motif angin sebagai identitas kota Majalengka. 20 motif batik karya Hery telah mendapatkan hak paten. []