Lampung - Harga karet di tingkat petani tetap rendah selama beberapa tahun terakhir. Ditambah situasi pandemi Covid-19 yang menghancurkan perekonomian hampir seluruh negara di dunia membuat harga karet semakin anjlok.
Sejumlah solusi diambil namun belum memberi cukup kontribusi bagi petani karet. Terbaru, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menjanjikan akan menyerap karet petani sebagai bahan campuran aspal pada proyek infrastruktur pemerintah.
"Masing-masing balai jalan akan membeli langsung dari petani yang tergabung dalam kelompok petani UPPB (Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar - bahan olah karet),"kata Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, mengutip laman Kementerian PUPR.
Namun, menurut Ketua Dewan Pimpinan Daerah Barisan Relawan Jokowi Presiden (DPD Bara JP) Lampung, Yogie Try Wardhana, rencana Kementerian PUPR tersebut masih belum terealisasi.
Ia mengatakan harga karet masih anjlok. "Silahkan cek di petani berapa harga karet saat ini. Contohnya di wilayah Lampung khususnya Way Kanan, kisaran harga masih rendah Rp 4.000 - Rp 4.500 per kilogram," katanya.
Menurutnya, kalau rencana Kementerian PUPR tersebut berjalan kenapa harga karet di tingkat petani terus anjlok. "Ini ada yang tidak beres tentunya," ujar Yogie.
Ia menyarankan agar Kementerian PUPR bekerja sama dinas asar pemerintah daerah untuk menghidupkan pasar-pasar lelang di wilayah kecamatan-kecamatan penghasil karet. "Jangan cuma beli sama tengkulak besar atau koperasi saja," katanya.
Ia menambahkan saat ini petani karet tak punya pilihan lain selain bertahan di tengah situasi melemahnya harga karet alam. Ia mengatakan tanaman karet tidak bisa ditebang begitu saja dan berganti komoditas lain. "Ini memerlukan proses dan biaya. Jika pun ditebang kayu karet harganya murah dan sangat sedikit yang berminat membelinya," katanya.
“Petani karet itu sudah nekat. Selagi ban mobil pakai karet, ban motor motor pakai karet, ban pesawat masih menggunakan karet, dia akan tetap menanam karet. Kecuali tidak punya harga lagi,” ujar Yogie. []