Bara JP Apresiasi Penanganan Ekonomi Pemerintah

Meski perekonomian Indonesia di kuartal III mengalami minus 3,49 persen namun arah penanganan ekonomi semakin baik dan menunjukkan pemulihan.
Sebuah kontainer memuat barang-barang produksi UMKM Yogyakarta yang mendapatkan pembinaan Bank Indonesia DIY berangkat menuju ke pelabuhan untuk diekspor ke Amerika Serikat. (Foto: Tagar/BI DIY)

Jakarta - Ketua Umum Barisan Relawan Jokowi Presiden (Bara JP), Viktor S. Sirait, mengatakan meski perekonomian Indonesia di kuartal III mengalami minus 3,49 persen namun arah penanganan ekonomi semakin baik dan menunjukkan pemulihan. Hal itu setidaknya tercermin dari kontraksi yang semakin mengecil antara kuartal II-2020 dengan kuartal III-2020 yang sempat mengalami kontraksi 5,32 persen.

Pemerintah semakin responsif dan menjadi akselerator untuk nantinya sektor swasta tumbuh, dan masyarakat juga pulih dari sisi income

"Ini menandakan penanganan ekonomi kita ada pada jalur yang tepat. Kerja keras dan strategi yang dilakukan pemerintah tepat. Semoga akan semakin baik ke depan," kata Viktor.

Dari data yang ada dari Kementerian Keuangan, kata Viktor, pada kuartal III-2020 konsumsi pemerintah tumbuh 9,76 persen, menjadi satu-satunya komponen yang positif. Menurutnya, konsumsi pemerintah ini ditopang realisasi berbagai bantuan sosial dan dukungan untuk dunia usaha, termasuk UMKM.

"Artinya apa, artinya bahwa pemerintah semakin responsif dan menjadi akselerator untuk nantinya sektor swasta tumbuh, dan masyarakat juga pulih dari sisi income," katanya.  

Viktor S SiraitViktor S Sirait (Foto: Istimewa)

"Masyarakat pun sudah mulai beraktifitas secara normal walau harus tetap mengikuti protokol kesehatan secara ketat. Saya percaya pemerintah akan terus bekerja melakukan pemulihan dan akan terus diakselerasi serta didorong ke zona positif pada triwulan IV-2020 dan 2021," ujarnya.

Ia mengatakan pandemi corona membuat hampir semua negara di dunia terpuruk dan masuk dalam jurang resesi. Dibanding negara ASEAN, ekonomi Indonesia masih lebih baik dibanding negara tetangga yang mengalami kontraksi sampai dua digit seperti  Malaysia -17,1 persen, Filipina -16,5 persen, Singapura -13,2 persen, atau Thailand -12,2 persen. 

Viktor menambahkan pandemi ini memaksa setiap negara untuk mandiri, untuk tidak berharap terlalu banyak dari negara lain. "Untuk menyelesaikan sendiri persoalan bangsanya dengan pengoptimalan sumber daya yang ada pada bangsa tersebut," katanya.

Ia melihat Indonesia mempunya potensi cukup besar untuk bisa mandiri dalam segala hal. "Kita punya sumber daya alam berlimpah dan pasar yang cukup besar. Itu yang harus dioptimalkan ke depan sehingga pandemi ini meninggalkan berkah di tengah kesulitan yang kita hadapi," ujarnya.

Menurutnya, pandemi belum akan berakhir karena masih menunggu vaksin. Ia mengatakan inovasi dan adaptasi untuk menjawab persoalan ekonomi masih sangat dibutuhkan agar bangsa ini tetap bisa lebih baik ke depan.

"Kita butuh kerja keras, kerja saling mendukung, membantu pemerintah, menjaga sinergi semua stakeholder, menyisihkan perbedaan dan persoalan persoalan kecil agar semua saling membantu dan menopang," tuturnya.

Secara khusus Viktor menyoroti mengenai stabilitas politik. Menurutnya stabilitas politik perlu dijaga dengan baik sehingga bangsa ini fokus menghadapi pandemi dan dampak ekonominya. []


Berita terkait
UMP 2021 Tidak Naik Jadi Hambatan Pemulihan Ekonomi
Keputusan pemerintah tidak menaikkan upah minimum provinsi (UMP) dinilai bisa mempengaruhi pemulihan ekonomi.
Penegakan Hukum Harus Jalan Seiring dengan Aspek Ekonomi
Suparji Achmad mengatakan Kejaksaan Agung harus terus konsisten menjalankan penegakan hukum meski harus mengedepankan aspek ekonomi.
Sri Mulyani: Ekonomi Nasional Mulai Bergerak ke Zona Positif
Menkeu Sri Mulyani menyatakan, masa terburuk akibat Covid-19 sudah berhasil dilewati, aktivitas ekonomi nasional mulai bergerak ke zona positif.
0
Ini Alasan Mengapa Pemekaran Provinsi Papua Harus Dilakukan
Mantan Kapolri ini menyebut pemekaran wilayah sebenarnya bukan hal baru di Indonesia.