Jakarta - Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia (PPI) Adi Prayitno mengatakan elektabilitas Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sangat dipengaruhi terpaan bencana banjir di Jakarta sejak Januari 2020.
Dalam hasil survei nasional dan diskusi publik Politika Research Consulting dan PPI Adi Prayitno menyatakan Anies Baswedan mendapatkan elektabilitas 7,8 persen pada hasil survei yang dilakukan dalam rentang waktu 25 Januari 2020 sampai 10 Februari 2020.
Baca juga: Anies Baswedan Lawan Kuat Prabowo di Pilpres 2024
Sebenarnya berarti harapan publik begitu tinggi ke Anies Baswedan. Banjir Semarang disalahkan, banjir ibu kota baru Anies juga disalahkan, ini artinya sinyal.
Angka yang Anies peroleh masih berada di posisi keempat, masih jauh di belakang Menteri Pertahanan Prabowo Subianto yang berada di posisi pertama dengan 17,3 persen dan posisi kedua ditempati pengusaha Sandiaga Uno dengan 9,1 persen, disusul Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mendapat 8,8 persen.
Adi menjelaskan, merujuk hasil survei PPI di atas, maka tidak pernah ada yang berhasil menjatuhkan Anies selain isu banjir.
Menurutnya, semakin dia dirundung dan dikritik habis-habisan oleh lawan politiknya, semakin simpatik pula masyarakat pada inisiator Gerakan Indonesia Mengajar itu.
"Tapi ketika ada banjir (pada) 1 Januari sampai sekarang datang ke Jakarta, tanpa di-bully pun Anies itu turun (elektabilitas) dengan sendirinya," kata Adi Prayitno, Minggu, 23 Februari 2020.
Menanggapi itu, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tetap santai dan mencoba melihat sisi positif dari jebloknya elektabilitas Anies Baswedan pascabanjir yang melanda ibu kota.
Menurut juru bicara PKS, Indra, hasil survei versi Parameter Politik Indonesia itu menunjukkan harapan yang luas dari masyarakat Indonesia terhadap kinerja mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) itu.
Baca juga: Banjir Jakarta Wantimpres Jokowi Bela Anies Baswedan
"Terlepas PKS ada calon lain atau tidak, ini menarik, berarti ada ekspektasi luas, karena benci itu kadang tipis antara benar-benar cinta atau, dan seterusnya," kata Indra.
Dia lantas mencontohkan DKI-1 kerap disalahkan jika terjadi bencana banjir, meski bukan terjadi di Jakarta. Terlebih, Anies turut disalahkan bila terjadi musibah banjir di kota lain.
"Sebenarnya berarti harapan publik begitu tinggi ke Anies Baswedan. Banjir Semarang disalahkan, banjir ibu kota baru Anies juga disalahkan, ini artinya sinyal," kata dia. []