Bandung Patah(an) Novel dengan Nuansa Kebencanaan

Kepedulian terhadap kebencanaan dorong penulisan novel “Bandung Patah(an)” sebagai upaya meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap kebencanaan
Ilustrsasi: Bencana alam (Foto: Tagar/lipi.go.id).

Bandung - Geolog Dr Ahmad Taufiq, PhD., aktivis kebencanaan yang juga dosen geologi, Misbahudin, bersama penulis muda Faisal Syahreza, luncurkan novel bernuansa kebencanaan bertajuk Bandung Patah(an), 8 Agustus 2020). Novel tersebut digarap atas kepedulian terkait dengan dampak literasi kebencanaan masyarakat yang rendah. Padahal, Indonesia terletak di atas Cincin Api Pasifik (ring of fire) atau daerah yang sering mengalami gempa bumi dan letusan gunung berapi.

Novel Bandung Patah(an) sendiri bercerita tentang perjuangan sekelompok peneliti muda dalam mitigasi bencana sesar aktif di Lembang. Novel ini memadukan ilmu geologi, mitigasi bencana, dengan romansa dan persahabatan. Bandung Patah(an) sengaja ditulis dengan gaya bahasa populer, sehingga mudah diterima khalayak umum. Khususnya, anak-anak muda.

Diakui oleh Misbahudin, penulisan Bandung Patah(an) memang dibuat sedemikian rupa untuk dibaca segala kalangan. Pasalnya, masalah kebencanaan tak hanya soal mitigasi. Namun dibutuhkan pula penanganan sistemik dan terstruktur. “Bencana itu sudah jadi ketetapan, karena lokasi Indonesia di ring of fire. Yang bisa kita lakukan adalah mempersiapkan diri secara struktural maupun nonstruktural,” kata Misbahudin.

Persiapan secara struktural yang dimaksud ialah, penataan kota yang memerhatikan keunikan konfigurasi geologi suatu daerah, pembangunan bangunan tahan bencana, serta penyediaan infrastruktur warning system. Sebagai pelengkap, perlu dilakukan pula persiapan nonstruktural berupa edukasi kepada masyarakat.

Hal tersebut diakui pula oleh geolog, Ahmad Taufiq. Dia mengatakan diperlukan keahlian seorang novelis agar aspek ilmiah tersebut tersampaikan dengan baik. Lebih lanjut, ia berharap proyek ini dapat diteruskan hingga menembus layar lebar. “Saya optimis (ini) jadi warna baru. Science fiction di Indonesia masih jarang. Selama ini kan (film) yang beredar, lebih tentang cinta, keluarga, klenik, atau persahabatan,” katanya.

Peluncuran novel ini mendapat apresiasi positif. Seperti yang diungkapkan oleh Ketua Umum Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), Sukmandaru Prihatmoko, MEcon.Geol. “Masyarakat perlu sadar akan perlunya mitigasi dan kewaspadaan menghadapi bencana di sekitarnya. Novel Bandung Patah(an) adalah upaya yang out of the box dalam melakukan mitigasi bencana,” ujar Sukmandaru.

Kabid Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Dr Daryono, pun menyampaikan pujian atas upaya edukasi pada generasi millennial tersebut. “Kepiawaian penulisnya yang berlatarbelakang seorang geolog, mampu menyajikan sebuah novel sebagai terobosan edukasi mitigasi dan pengurangan risiko bencana,” katanya. Daryono yang juga menjabat sebagai Vice President Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI) ini pun berharap, akan muncul novel-novel serupa untuk jenis bencana yang lebih bervariasi (Pun/jabarprov.go.id). []

Berita terkait
Catatan Kepala Pusat Studi Kebencanaan Unhas
Kepala Pusat Studi Kebencanaan Universitas Hasanuddin (Unhas), Adi Maulana memberikan catatan terkait gempa di Sulawesi Tengah.
Kementerian PUPR Minta Aspek Kebencanaan Jadi Pertimbangan Utama Pembangunan Daerah
Kementerian PUPR mensosialisasikan kepada pemda agar aspek kebencanaan menjadi pertimbangan utama perencanaan pembangunan di daerah.
UGM Ciptakan Pesawat untuk Misi Kebencanaan-Kedaruratan
Tim Ugrasena menciptakan inovasi terhadap pesawat tanpa awak ini. Salah satu inovasinya berupa penerbangan tiga UAV sekaligus dengan hanya satu pengendali jarak jauh.