Bamsoet Catat Jasa Terbesar Jakob Oetama Bagi Wartawan

Ketua MPR Bambang Soesatyo atau Bamsoet mengucapkan turut berbelasungkawa atas wafatnya tokoh jurnalistik Jakob Oetama.
Pendiri Kompas Gramedia, sekaligus Pemimpin Umum Harian Kompas, Jakob Oetama. (Foto: Tagar/Istimewa)

Jakarta - Ketua MPR Bambang Soesatyo atau Bamsoet mengucapkan turut berbelasungkawa atas wafatnya tokoh jurnalistik sekaligus pendiri Kompas Gramedia, Jakob Oetama.

Di matanya, Jakob menjadi sosok yang luar biasa. Kata Bamsoet, tak banyak yang mengetahui selain mengabdikan diri di dunia jurnalistik, Jakob Oetama juga pernah mengabdikan diri menjadi guru di SMP Mardiyuana, Cipanas, Jawa Barat (1952-1953).

Ia tak memperlakukan wartawan maupun karyawannya sebagai pekerja, melainkan sebagai aset berharga yang dirawat, dijaga, dan dikembangkan.

Selain itu, Jakob tercatat juga mengabdikan diri di Sekolah Guru Bagian B di Lenteng Agung, Jakarta (1953-1954), dan SMP Van Lith di Gunung Sahari (1954-1956).

Baca juga: Tokoh Pers Nasional, Jakob Oetama Meninggal Dunia

"Bangsa Indonesia kehilangan salah satu putera terbaiknya. Namun, kepergiannya tak akan sia-sia. Semasa hidupnya, peraih Bintang Mahaputera dari pemerintah Indonesia pada tahun 1973 ini telah mencurahkan diri dan pemikirannya untuk memajukan dunia jurnalistik," kata Bamsoet melalui pernyataan tertulis yang diterima Tagar, Rabu, 9 September 2020.

"Lebih dari itu, beliau juga seorang budayawan sekaligus pelestari kebhinekaan. Menjadi penegas bahwa kecintaannya terhadap Indonesia tak perlu diragukan," ujarnya.

Selain menjadi pengajar, Jacob juga pernah mengabdikan diri di parlemen sebagai anggota DPR RI dari Fraksi Karya Pembangunan, Golkar (1966-1982) serta anggota MPR RI dari Utusan Daerah (1987-1999).

Lebih lanjut Bamsoet menceritakan, seusai lulus kuliah dan memulai karier di dunia jurnalistik sebagai wartawan di Harian Umum Prioritas pada tahun 1985, dirinya banyak mendapat inspirasi dari sepak terjang Jakob Oetama.

Bagi para jurnalis muda seperti Bamsoet saat itu, sosok Jakob Oetama tak sekadar guru, melainkan juga menjadi ayah ideologis.

"Tak hanya mengajarkan, beliau merupakan wujud nyata dari perpaduan idealisme dan integritas. Cara beliau membesarkan Kompas bersama sahabatnya, PK Ojong, merupakan cerminan semangat gotong royong. Terlalu banyak cerita baik tentang beliau yang telah saya dengar dari para wartawan Kompas," tutur Politisi Partai Golkar tersebut.

Baca juga: Ganjar: Jakob Oetama Panutan Pers Indonesia

"Ia tak memperlakukan wartawan maupun karyawannya sebagai pekerja, melainkan sebagai aset berharga yang dirawat, dijaga, dan dikembangkan. Hingga menempatkan wartawan Kompas sebagai wartawan yang paling sejahtera," kata Bamsoet.

Diketahui, pendiri Kompas Gramedia, sekaligus Pemimpin Umum Harian Kompas, Jakob Oetama meninggal dunia dalam usia 88 tahun, pada Rabu, 9 September 2020. Ia mengembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading pada pukul 13:05 WIB.

Dalam keterangannya, Dokter Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading, Felix Prabowo Salim mengatakan Jakob Oetama dalam kondisi kritis saat masuk rumah sakit sekitar dua pekan lalu. 

Jakob Oetama yang mengalami gangguan organ, kian diperburuk kondisinya oleh faktor usia dan komorbid yang diidapnya. []

Berita terkait
Bamsoet Minta KPK Awasi Penyaluran Bansos di Daerah
Bamsoet meminta Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) turut mengawasi program bansos pemerintah.
Bamsoet: Pendaftaran Pilkada Langggar Protokol Kesehatan
Ketua MPR, Bambang Soesatyo (Bamsoet) mengkritisi dilakukannya arak-arakan dan mobilisasi massa dalam pendaftaran calon peserta Pilkada.
Bamsoet Ceritakan Sejarah Perjalanan MPR
Ketua MPR Bambang Soesatyo menceritakan perjalanan sejarah MPR selama kurun waktu 75 tahun Indonesia merdeka.
0
Hasil Pertemuan AHY dan Surya Paloh di Nasdem Tower
AHY atau Agus Harimurti Yudhoyono mengaku sudah tiga kali ke Nasdem Tower kantor Surya Paloh. Kesepakatan apa dicapai di pertemuan ketiga mereka.