Jakarta - Ekonom atau Peneliti Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet menilai sulit untuk mengukur kinerja Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia. Hal ini lantaran progress relokasi investasi yang belum terlihat.
Bagaimana mencaplok relokasi investasi dari China, ini Burbank pekerjaan rumah yang mudah.
"Untuk BKPM sendiri, memang masih relatif sulit mengukur ketika proses relokasi investasi belum terlihat progressnya. Saya kira masih perlu waktu melihat kebijakan kepala BKPM," kata Yusuf saat dihubungi Tagar, Kamis, 1 Oktober 2020.
Terlebih dengan adanya pandemi Covid-19, kata Yusuf, semakin sulit untuk menilai. "Ada pandemi ini akhirnya membuat penilaian menjadi sedikit kabur. Tapi setelah pandemi respon kebijakan yang bersangkutan akan kemudian mempengaruhi penilaian publik," ucapnya.
Selain itu, kata Yusuf, Kepala BKPM Bahlil Lahadalia masih memiliki pekerjaan rumah yang berat. Salah satunya terkait relokasi investasi dari China. "Sementara untuk Kepala BKPM, memang pekerjaan rumahnya bagaimana mencaplok relokasi investasi dari China, ini bukan pekerjaan rumah yang mudah, karena diperlukan kordinasi dan komunikasi antara kementerian/lembaga di level pemerintah pusat," ujarnya.
Sebagai informasi, untuk relokasi investasi dari China, Kepala BKPM Bahlil Lahadalia membentuk Satuan Tugas (Satgas) Khusus pada Senin, 22 Juni 2020 guna memfasilitasi investor yang akan relokasi investasi. Ini bertujuan untuk menarik perhatian perusahaan-perusahaan agar masuk ke Indonesia.
Terkait Satgas, kata Bahlil, ini mempunyai tiga tugas khusus, seperti mendeteksi perusahaan-perusahaan yang akan relokasi, mengecek kemudahan-kemudahan yang diberikan negara-negara lain. Selain itu juga, yang terpenting memberikan kewenangan kepada mereka untuk membuat keputusan dalam bernegosiasi. []
- Baca Juga: Ketua BKPM ke Investor Jepang: Iklim Investasi Kondusif
- Ada Pandemi Corona, BKPM Minta Investasi Tetap Jalan
