Babi yang Mati, Pedagang Ikan Sibolga yang Merugi

Penemuan bangkai babi di salah satu tangkahan Kota Sibolga, berdampak buruk terhadap para pedagang ikan.
Salah seorang pedagang ikan di Kota Sibolga, Sumatera Utara. (Foto: Tagar/Dody Irwansyah)

Sibolga - Penemuan bangkai babi di salah satu tangkahan di Kota Sibolga, Sumatera Utara, yang diduga terjangkit virus hog cholera berdampak buruk terhadap para pedagang ikan.

Pasalnya kekhawatiran masyarakat mengkonsumsi ikan, membuat omzet pendapatan pedagang praktis menurun.

Ibu Gultom, seorang pedagang ikan di Pasar Mina Nauli, Kota Sibolga mengaku, sejak pertengahan November 2019, penjualannya menurun hingga 90 persen.

"Menurun kali penjualan kami, harga ikan pun anjlok. Takut masyarakat makan ikan gara-gara babi mati dibuang gitu saja ke laut," kata dia, Sabtu 7 Desember 2019 lalu.

Keluhan yang sama juga disampaikan Siti Mina Gea, pedagang ikan di Jalan Balam, mengatakan, isu bahaya mengkonsumsi ikan akibat virus hog cholera ini awalnya berasal dari luar daerah Sibolga.

"Pertama kali isunya itu dari Medan, katanya gara-gara babi mati dibuang ke laut. Kalau dimakan ikan, bisa menular katanya penyakit babi itu ke kita," ucapnya.

Bangkai babiBangkai babi di salah satu tangkahan di Kota Sibolga, Sumatera Utara. (Foto: Tagar/Dody Irwansyah)

Para pedagang ini berharap pemerintah daerah memberikan sosialisasi kepada masyarakat guna menangkal isu yang beredar tentang bahaya penularan virus kolera babi itu terhadap ikan.

Menjaga kebersihan kandang itu penting, supaya hewan ternak kita sehat dan tidak mudah terkena penyakit

"Harapan kami ke pemerintah, bilanglah ke masyarakat, kalau mati babinya ya ditanam, jangan dibuang ke laut. Lagian, masyarakat jaganlah takut makan ikan gara-gara ada bangkai babi di laut," tuturnya

Sementara itu, Ferbrina Sihotang seorang dokter hewan dari Dinas Perikanan Ketahanan Pangan dan Peternakan (PKPP) Kota Sibolga menjelaskan, virus jenis tersebut hanya menjangkit hewan babi.

Sehingga, isu penyebaran virus hog cholera terhadap manusia merupakan kabar bohong.

"Virus hog cholera ini hanya melekat pada babi, tidak berpindah pada manusia. Memang banyak masyarakat yang takut makan ikan, karena ada sebagian babi yang hanyut di laut dan sungai," tuturnya.

"Kekhawatiran itu tidak mendasar. Bohong kalau ada yang bilang berbahaya makan ikan karena virus babi," tambah Febriana.

Di samping itu, Kepala Dinas PKPP Kota Sibolga, Binsar Manalu juga mengimbau masyarakat pemilik ternak babi agar tidak membuang bangkai ternaknya selain ditanam.

Dan, meminta kesediaan pemilik ternak memberikan informasi guna diketahui penyebab kematian hewan ternaknya.

"Sebaiknya diberi informasi kepada kami, agar kami bisa mengecek apa penyebab kematian ternak babi. Apakah karena hog cholera atau mungkin disebabkan penyakit lainnya," kata Binsar.

Untuk menjaga kesehatan hewan ternak, kata Binsar, masyarakat diingatkan untuk peduli terhadap kebersihan kandang serta rutin memberikan vitamin dan suntik vaksin kepada hewan ternak.

"Menjaga kebersihan kandang itu penting, supaya hewan ternak kita sehat dan tidak mudah terkena penyakit," bebernya.[]

Berita terkait
Warga Minta Bibit Ternak Babi, Ini Kata DPRD Taput
Warga Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara, meminta bantuan bibit ternak babi kepada anggota DPRD setempat.
Warga Minta Bibit Ternak Babi, Ini Kata DPRD Taput
Warga Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara, meminta bantuan bibit ternak babi kepada anggota DPRD setempat.
Hog Cholera Mulai Serang Ternak Babi di Simalungun
Virus kolera mulai menyerang ternak babi di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara.
0
Biden dan Para Pemimpin G7 Disebut Sepakati Larangan Impor Emas Rusia
Sebuah langkah yang bertujuan untuk semakin mengisolasi Rusia dari ekonomi global dengan mencegah partisipasinya di pasar emas