Australia Jadi Sasaran Serangan Diplomat China di Twitter

Diplomat China gencar menyerang Australia lewat Twitter yang merupakan bagian dari ketegangan atas usul Australia selidiki asal pandemi
Minuman anggur dari Australia dalam sebuah pameran impor di Shanghai, China, 5 November 2020 (Foto: voaindonesia.com)

Jakarta - Ketegangan antara China dan Australia meningkat sepanjang tahun ini setelah Canberra menuntut sebuah penyelidikan independen terhadap asal mula dari pandemi virus corona. China menanggapi hal itu dengan meningkatkan tarif terhadap impor Australia.

China memberlakukan tarif terhadap jelai, daging sapi, anggur, batu bara dan produk lain dari Australia, dan menyebut langkah itu sebagai tanggapan terhadap kebijakan perdagangan Australia yang ilegal.

Para kritikus mengatakan tindakan Beijing itu merupakan bagian dari sebuah ofensif diplomatik yang ditujukan terhadap sekutu Amerika di kawasan itu. Australia dianggap sebagai anggota penting dari aliansi keamanan yang sedang berkembang, termasuk India dan Jepang.

Pertikaian dengan Canberra juga menggarisbawahi bagaimana Beijing kini melancarkan ofensif diplomatik di media sosial, khususnya di Twitter.

Twitter telah diblokir di China sejak 2009, tetapi pemerintah memanfaatkan media itu sebagai bagian dari strategi propaganda di luar negeri, dan memanfaatkan platform itu untuk memperkuat pesan-pesan yang ditujukan pada pengamat asing.

Bulan lalu, sebuah penyelidikan selama empat tahun merekomendasikan agar 19 tentara yang mantan dan masih berdinas dihadapkan pada penyelidikan kejahatan sehubungan pembunuhan 39 warga Afghanistan dalam 23 insiden terpisah selama perang berlangsung di sana.

Pada 29 November 2020, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian, mengunggah di Twitter sebuah foto yang dimanipulasi menggambarkan seorang tentara Australia yang tertawa dan memegang sebuah pisau ke leher seorang anak Afghanistan.

Unggahan itu ini mengundang kecaman dari anggota parlemen Australia dan Perdana Menteri Australia, Scott Morrison, yang menuntut China agar menghapus foto itu dan minta maaf.

Tuntutan itu diabaikan dan kemungkinan malah membuat pejabat China berbuat lebih nekad lagi. Sebuah laporan oleh German Marshall Fund yang berkantor di Washington menunjukkan bahwa antara 27 November 2020 dan 3 Desember 2020, Australia adalah negara ketiga yang paling banyak disebut oleh pemerintah China dan akun Twitter milik media pemerintah.

Cuitan Zhao yang kontroversial itu, dengan 73 ribu likes dan pencuitan ulang sebanyak 20 ribu kali, tampaknya telah menambah pengikut Twitternya sebanyak 10%.

Analis mengatakan, tampaknya langkah ini juga telah menggalakkan sentiment nasionalis di dalam negeri China, di mana media berita meliput pertikaian ini dari perspektif Beijing (jm/pp)/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Australia Laporkan China ke WTO
Hubungan China dan Australia kian memanas akibat tarif ekspor jelai yang membuat Australia laporkan China ke WTO
Australia Menuding China Halang-halangi Produk Ekspor
Sengketa dagang antara Australia dan China tampaknya terus berlaru-larut, bekalangan Australia tuding China menghalangi-halangani ekspornya
Sengketa Dagang Antara China dan Australia Meningkat
Akibat sengketa dagang antara China dan Australia banyak sektor yang terpukul di Australia, seperti industri kapas yang merupakan andalan Australia
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.