Sengketa Dagang Antara China dan Australia Meningkat

Akibat sengketa dagang antara China dan Australia banyak sektor yang terpukul di Australia, seperti industri kapas yang merupakan andalan Australia
Ilustrasi: Industri kapas Australia menghadapi ancaman boikot dari China (Foto: voaindonesia.com/Reuters).

Jakarta - China berencana meningkatkan sengketa dagang dengan Australia. Industri kapas Australia menyatakan pabrik-pabrik di China diperintahkan untuk tidak memproses barang yang diimpor dari Australia. Laporan atas tindakan itu terjadi di tengah pembatasan pada batubara dan komoditas pertanian Australia lainnya di China.

Industri kapas Australia bernilai sekitar 565 juta dolar Austalia per tahun. Sejauh ini China merupakan pelanggan terbesar kapas Negeri Kanguru itu, walau muncul kekhawatiran para petani kapas menjadi korban dari perang dagang yang semakin memanas.

Pabrik-pabrik China mendapat pemberitahuan untuk tidak lagi membeli kapas asal Australia dan beberapa perwakilan industri tersebut khawatir bahwa ekspor ke China bisa dikenai tarif hingga 40% yang diberlakukan Beijing, yang akan membuat perdagangan tidak bisa dipertahankan.

Rasa frustrasi semakin bertambah ketika sejumlah produsen kapas mulai menanam kapas yang diperkirakan akan menjadi panen besar setelah kemarau panjang yang melanda Australia.

Adam Kay, kepala eksekutif Cotton Australia, sebuah organisasi perdagangan terkemuka, meyakini larangan impor produk Australia ke China telah tersebar luas. “Sebagian besar pabrik yang kita ajak bicara terkena dampak. Ini mengkhawatirkan kami karena sekitar 65% dari hasil panen Australia benar-benar masuk ke China saat ini. Hubungan dagang yang sangat menguntungkan itu terancam bahaya menjadi suatu kekhawatiran yang nyata.”

Pemerintah Australia dengan segera berupaya untuk mendapatkan klarifikasi meskipun beberapa menteri terkait dalam pemerintahan menyatakan sulit mendapatkan informasi dari mitra dagang mereka di China.

Hubungan bilateral kedua negara semakin memburuk dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2017, beberapa agen intelijen Australia memperingatkan bahwa upaya China untuk memengaruhi politik domestik Australia semakin meningkat. Setahun kemudian, Australia melarang jaringan telekomunikasi 5G dari perusahaan teknologi Huawei asal China atas pertimbangan keamanan nasional. Tahun ini, seruan Australia atas penyelidikan global terkait asal-usul virus corona, yang pertama kali terdeteksi di China itu menambah kemarahan dari Beijing.

Tidak diketahui arah dan akan dibawa ke mana hubungan Australia dengan mitra dagang terbesarnya itu, namun sengketa perdagangan tersebut semakin meruncing.

China dilaporkan telah melarang beberapa impor batu bara asal Australia, dan pembatasan diberlakukan pada jelai dan daging, serta meluncurkan penyelidikan anti-dumping terhadap impor anggur Australia. China juga telah memperingatkan para pelajar dan turis untuk tidak berkunjung ke Australia karena tuduhan rasisme.

Beijing juga gelisah dengan kedekatan hubungan militer Canberra dengan Amerika Serikat. Para analis berpandangan Australia membutuhkan diplomasi yang terampil dan kompleks untuk melindungi hubungan dagangnya yang penting dengan China. (mg/lt)/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Sebagian Warga Asal China di Australia Pilih ke Desa
Selain memilih kota-kota besar sebagai tujuan migran warga China ke Australia sebagian justru ada yang memilih kawasan yang sepi di pedesaan
China Telisik Anti Dumping Impor Anggur dari Australia
Pemerintah China mulai menyelidiki anti dumping terhadap produk anggur Australia, sebuah langkah yang dapat memperburuk hubungan kedua negara.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.