Australia Laporkan China ke WTO

Hubungan China dan Australia kian memanas akibat tarif ekspor jelai yang membuat Australia laporkan China ke WTO
Ilustrasi (Foto: dw.com/id)

Jakarta - Menteri Perdagangan Australia mengumumkan bahwa negaranya akan melaporkan China ke WTO (World Trade Organization) untuk menyelidiki soal kenaikan tarif yang diberlakukan pada ekspor jelai (selai). Hubungan kedua negara memanas akibat sejumlah perselisihan.

Australia mendesak WTO atau Organisasi Perdagangan Dunia untuk menyelidiki China atas impor barley atau jelai. Jelai adalah sejenis serealia anggota suku padi-padian (poaceae) untuk penghasil malt dan sebagai makanan kesehatan.

Menteri Perdagangan Australia Simon Birmingham mengumumkan keputusan tersebut dengan mengatakan bahwa biaya tambahan yang China kenakan sebesar 80% untuk impor jelai dari Australia "kurang mendasar" dan "tidak didukung oleh fakta dan bukti."

"Ini adalah langkah yang logis dan tepat bagi Australia," kata Birmingham kepada wartawan di Canberra.

Hubungan bilateral antara Australia dan China berada pada titik terendah sejak peristiwa Pembantaian Lapangan Tiananmen 1989, ditandai dengan China yang memberlakukan serangkaian sanksi ekonomi terhadap produk-produk Australia.

"Kami sangat yakin bahwa berdasarkan bukti, data, dan analisis yang telah kami kumpulkan, Australia memiliki pengajuan kasus yang sangat kuat," kata Birmingham. Selama ini ekspor jelai Australia ke China bernilai sekitar 1 miliar dolar AS setara dengan Rp 14 triliun per tahun.

Birmingham mengatakan pengajuan itu akan dibawa ke WTO pada Rabu (16/12/ malam waktu setempat. "Kami tetap kecewa karena China tidak bersama dengan Australia untuk mengatasi masalah ini, dan sekarang memanggil 'wasit independen' adalah tindakan yang paling tepat untuk menyelesaikan perselisihan ini," katanya.

Muatan motif politik. China adalah mitra dagang terbesar Australia. Pada 2018-2019, China membeli sekitar 26 persen ekspor, senilai 235 miliar dola Australia (Rp 2,500 triliun). Namun pada Mei lalu, China mengumumkan akan memberlakukan bea anti-dumping dan anti-subsidi sebesar 80,5% pada impor jelai Australia.

Pihak berwenang China mengatakan keputusan itu menyusul penyelidikan terhadap biji-bijian Australia yang diimpor dengan melanggar aturan perdagangan.

Para ahli mengatakan China telah mempertimbangkan untuk membatasi impor jelai Australia sejak 2018, di tengah kekhawatiran bahwa China - yang hanya memproduksi sekitar 20% dari jelai yang dibutuhkan - terlalu bergantung pada impor.

Tetapi penerapan tarif itu terjadi atas dasar latar belakang perselisihan sengit antara Australia dan China yang telah memicu kekhawatiran bahwa tindakan tersebut juga bermotif politik.

Hubungan China dan Australia juga semakin memanas, ketika pemerintah Australia menuntut penyelidikan independen terhadap asal-usul virus corona yang menyebar ke seluruh dunia dari kota Wuhan.

Setiap perselisihan telah dianggap sebagai masalah teknis, tetapi banyak orang di Australia percaya bahwa sanksi tersebut merupakan pembalasan bagi Australia yang melawan pengaruh China di dalam negeri dan di Asia-Pasifik. [ha/pkp (AFP, dpa)]/dw.com/id. []

Berita terkait
Australia Menuding China Halang-halangi Produk Ekspor
Sengketa dagang antara Australia dan China tampaknya terus berlaru-larut, bekalangan Australia tuding China menghalangi-halangani ekspornya
Sengketa Dagang Antara China dan Australia Meningkat
Akibat sengketa dagang antara China dan Australia banyak sektor yang terpukul di Australia, seperti industri kapas yang merupakan andalan Australia
China Telisik Anti Dumping Impor Anggur dari Australia
Pemerintah China mulai menyelidiki anti dumping terhadap produk anggur Australia, sebuah langkah yang dapat memperburuk hubungan kedua negara.
0
Hasil Pertemuan AHY dan Surya Paloh di Nasdem Tower
AHY atau Agus Harimurti Yudhoyono mengaku sudah tiga kali ke Nasdem Tower kantor Surya Paloh. Kesepakatan apa dicapai di pertemuan ketiga mereka.