Aspaki: Ekspor Masker Naik 2 Kali Lipat, Bener Nih?

Direktur Eksekutif Aspaki Ahyahudin Sodri mengatakan permintaan produk masker nasional memang telah meningkat sebelum virus corona masuk Indonesia.
Sejumlah siswa penyandang disabilitas, guru dan petugas kesehatan berfoto bersama usai mengikuti sosialisasi tata cara penggunaan masker tepat dan benar di Sekolah Luar Biasa (SLB) Cinta Mandiri, Panggoi, Lhokseumawe, Aceh, Jumat (6/3/2020). (Foto: Antara/Rahmad)

Jakarta - Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen Alat Kesehatan Indonesia (Aspaki) Ahyahudin Sodri mengatakan permintaan terhadap produk masker nasional memang telah meningkat sebelum virus corona (COVID-19) mulai menyebar di Indonesia. Dalam catatannya, terjadi kenaikan pesanan hingga dua kali lipat dari kondisi normal sejak Januari 2020.

“Permintaan ke industri naik cukup signifikan baik dari dalam negeri maupun luar negeri,” ujarnya kepada Tagar di Jakarta Selasa, 17 Maret 2020.

Untuk itu, dia tidak heran jika terjadi peningkatan volume maupun nilai ekspor masker pada periode Januari hingga Februari 2020. Selain itu, pada termin waktu tersebut juga belum diatur mengenai mandatori pemenuhan pasar nasional sebagai prioritas pelaku usaha.

“Kami mendukung program larangan ekspor sementara oleh pemerintah. Anggota Aspaki berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri,” tutur dia.

Baca juga: Indef: Kerugian Lockdown Akibat Virus Corona Besar

Ahyahudin menambahkan, saat ini terdapat tujuh produsen yang terdaftar dalam keanggotaan Aspaki. Jumlah itu tergolong sedikit dari total pelaku usaha sektor ini yang diperkirakan mencapai puluhan entitas.

Pada Jumat, 17 Maret 2020 lalu, Menteri Perdagangan Agus Suparmanto menegaskan pihaknya telah melarang keras produsen masker dalam negeri untuk mengekspor produknya ke pasar mancanegara. Menurut dia, pemerintah kini tengah menyusun beleid ttentu dan diharapkan menjadi acuan produsen lokal untuk memasarkan produk industrinya.

“Aturan pelarangan ekspor masker ditujukan untuk memenuhi permintaan pasar di dalam negeri. Jika kebutuhan sudah cukup atau lebih stok baru dibuka lagi,” ucapnya.

Sebelumnya, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menyimpulkan bahwa lonjakan harga masker di pasaran terjadi karena permintaan yang melonjak sangat tinggi belakangan ini. Dalam rilisnya, KPPU menyebut produksi masker nasional mencapai 162 juta lembar pertahunnya. Angka ini didapat dari 28 produsen masker nasional yang telah mendapat izin resmi dari Kementerian Kesehatan.

Polemik kelangkaan masker kembali mencuat lantaran Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut terjadi peningkatan nilai ekspor pada dua bulan pertama 2020. Untuk Februari 2020, BPS mencatat nilai pengiriman masker ke luar negari mencapai 78,9 juta dolar Amerika Serikat (AS).

Padahal pada periode yang sama 2019, ekspor hanya bernilai 122.284 dolar AS. Hal serupa juga terjadi pada Januari 2020 yang sebesar 2,1 juta dolar AS. Secara kuantitas produk, ekspor masker pada Januari-Februari 2020 mencapai 1.384,2 ton. Melonjak jauh dari realisasi ekspor pada Januari-Februari 2019 yang hanya 40,3 ton. []

Berita terkait
Dinkes Bantaeng: Orang Sehat Tak Perlu Pakai Masker
Kepala Dinas Kesehatan Bantaeng, dr. Andi Ihsan menjelaskan bahwa penggunaan masker tak perlu bagi orang yang sehat.
Erick Thohir Tinjau Bandara Soetta Tanpa Masker
Menteri BUMN Erick Thohir datang ke Bandara Internasional Soekarno Hatta (Soetta) meninjau pencegahan penyebaran Corona.
2 WN Malaysia Ditangkap di KNIA Bawa 12 Ribu Masker
Membawa 12.000 lembar masker dua warga negara Malaysia ditangkap di Bandara Kualanamu.