Jakarta - Beragam aplikasi di era digital kini sudah menjadi salah satu kebutuhan yang vital. Hal itu dibuktikan dengan hadirnya aplikasi-aplikasi baru yang memberi layanan transportasi serta fitur pesan antar makanan.
Kali ini, jagat media sosial akan digegerkan dengan lahirnya paltform Allstars, yang hadir dengan fitur-fitur untuk memudahkan pemilik usaha mempromosikan brand mereka lewat jasa influencer.
Business Director Allstars, Alex Wijaya membeberkan bahwa kehadiran Allstars untuk menjembatani antara influencer dengan brand untuk meningkatkan kualitas perdangangan Indonesia.
"Allstars adalah sebuah paltform influencer marketing di Indonesia yang menghubungkan brand dengan influencer untuk keperluan promosi melalui media sosial," kata Alex saat launching aplikasi Allstars di Menara Rajawali, Jakarta, pada Rabu, 6 November 2019.
Seiring perkembangan jaman, saat ini banyak masyarakat yang lebih fokus pada penggunaan media sosial. Hal inilah yang menjadi acuan untuk Alex mendirikan aplikasi ini.
Semua orang bisa menjadi influencer.
Apalagi kata Alex, dengan hadirnya berbagai macam bisnis-bisnis baru. Tentu akan membutuhkan promosi. Melihat itu, aplikasi ini hadir untuk memberikan kemudahan kepada para pebisnis, khususnya bisnis kelas menegah ke bawah.
Lebih lanjut Alex mengatakan, aplikasi ini sengaja menggunakan influencer bukan selebriti. Karena baginya, semua orang bisa menjadi influencer.
"Saya sengaja fokus pada influencer, karena semua orang bisa menjadi influencer. Enggak harus punya followers 500 ribu atau satu juta. Tapi dibawah 500 ribu pun bisa jadi influencer," ujar Alex.
Baginya, membidik influencer dengan followers yang terbilang sedikit akan lebih menyentuh kalangan masyarakat menengah kebawah.
Baca juga: Ades X Gojek Fasilitasi Konsumen Kurangi Sampah Plastik
Hal itu, dia lihat dari circle mereka berkomunikasi dengan pengikutnya dan itu akan lebih menciptakan kepercayaan yang kuat kepada konsumen ketika mereka mempromosikan.
"Belum tentu yang followers-nya banyak itu semua akan mempercayai apa yang di-posting orang tersebut. Bisa saja dia misalnya memiliki followers 1 juta. Tapi bisa saja hanya 100 ribu yang melihat sementara yang 100 followers misalnya. Tapi semua melihat. Kan itu akan lebih banyak dipercaya. Lebih kesitu sih kita melihatnya," kata dia.
Sementara pendiri usaha Ropang OTW, Tjoek Wiharyoko mengaku kesulitan mempromosikan sebuah produk secara manual. Terkadang, kata dia, ia merasa sungkan saat proses negosiasi tidak berhasil dan pada akhirnya tidak jadi hanya karena masalah harga yang tidak cocok.
"Sejauh ini dalam menjalankan campaign di Allstars, kami banyak mendapatkan kemudahan. Selain flow dan proses. Kami juga mudah mendapat influencer dengan mudah dan harga yang sesuai dengan kesepakatan," ujar pira yang akrab disapa Ucup itu.
"Karena kan sistemnya kalo mau ambil, kalo enggak ya jangan. Gitu kan. Sementara kalo manual. Kadang ada rasa enggak enak saat menolak," ujar dia. []