Jakarta - Pemerintah Filipina melalui Kementerian Keuangan setempat tengah melirik opsi penerbitan surat utang guna menambal pelebaran defisit anggaran pendapatan dan belanja negara itu akibat dampak pandemi.
“Defisit akan terus melebar dan kami perkirakan kondisi ini bakal berlangsung hingga periode 2021,” demikian keterangan resmi Menteri Keuangan Filipina Rosalia de Leon seperti yang dilansir oleh Bloomberg baru-baru ini.
Lebih lanjut, Menkeu Filipina juga menyatakan siasat ini sebagai bagian dari cara pemerintah dalam menyelamatkan keuangan negara. Dia juga menjelaskan bahwa langkah penerbitan obligasi telah mempertimbangkan berbagai faktor, seperti kemampuan internal maupun kondisi global.
“Keputusan yang telah diambil The Feds [bank sentral AS] tentu akan mempengaruhi kebijakan moneter jangka panjang. Selain itu, pengunduran diri PM Abe juga menjadi salah satu pertimbangan kami,” tegasnya.
Untuk diketahui, Filipina berencana menggelontorkan surat utang dengan denominasi dolar AS senilai US$ 1 miliar. Tidak hanya itu, salah satu negara ASEAN tersebut juga disebut akan menghimpun dana dengan denominasi yen Jepang senilai US$ 1,35 miliar. Direncanakan, penerbitan kedua obligasi tersebut akan dilakukan hingga penghujung tahun ini.
Apabila agenda tersebut benar-benar direalisasikan, maka Filipina tercatat telah mengeluarkan surat utang bertotal US$ 6 miliar. Dari jumlah tersebut, 74 persen diantaranya berasal dari dana di dalam negeri. Adapun, defisit fiskal Filipina pada sepanjang 2019 diperkirakan berada pada level 3,55 persen. Sementara utang.