Apakah Perlu Mengantar Anak ke Sekolah?

Banyak orang tua mengantar dan menunggu anaknya di sekolah pada saat pertama kali anak masuk sekolah barunya. Awas, jangan terlalu lama.
Ilustrasi sekolah. (Foto: Tagar/Ilustrasi)

Jakarta - TAHUN ajaran baru segera tiba. Berbeda dengan siswa SMP atau SMA, maka tahun ajaran baru untuk anak TK (Taman Kanak-Kanak) dan SD (Sekolah Dasar) selalu menjadi kerepotan tersendiri bagi banyak orang tua.

Persoalan utama, karena orang tua tak akan membiarkan anaknya pergi sendiri ke sekolah “baru”nya itu. Ini pertimbangan wajar, bukan karena masalah “tidak tega,” tapi juga karena orang tua ingin memastikan “semua baik-baik saja” untuk sang anak. Apalagi jika anaknya tipe anak yang selama ini tergantung pada orang tua.

Masuk sekolah atau “mulai bersekolah” adalah saat paling tepat mengajar masalah kemandirian untuk anak. Jika orang tua gagal mendapat kesempatan untuk menciptakan sifat kemandirian pada anak pada tahap ini, maka akan berdampak buruk pada sang anak. Itu sebabnya hanyak yang menyebut usia kanak-kanak adalah “usia emas.” Usia sangat berharga, usia penting, untuk “dimasukkan” hal-hal positif pada diri anak.

Kendati demikian, masalah “mengantar anak ke sekolah” masih menjadi perdebatan, yakni, “sampai kapan orang tua mengantar anak dan menunggunya di sekolah?” Ada yang berpendapat, ya selama anak membutuhkan. Sementara yang lain menyebut, “cukup hari-hari pertama bersekolah.” Dilansir dari sejumlah sumber dan pendapat kalangan pendidik, maka ada beberapa tips mengenai “hubungan mengantar anak di hari pertama memasuki sekolah baru dan seberapa lama “menjaganya” di sekolah.”

Masuk Taman Kanak-Kanak

- Untuk minggu-minggu pertama (satu atau maksimal dua minggu) tidak masalah untuk mengantar atau menunggu anak selama bersekolah. Ini juga karena relatif jam sekolah anak TK pun tidak panjang

- Jalin hubungan baik dengan guru dan para orang tua dari anak kita yang sekelas. Gunakan kesempatan untuk mengetahui si A ini anak siapa, si C ini anak siapa.

- Tidak ada salahnya segera membuat grup (misalnya melalui media sosial) sesama orang tua.

- Tanamkan pada anak, orang tuanya juga kenal sama orang tua temannya. Ini akan berdampak positif pada anak.

Orang tua tetap mesti menekankan pada anak, bahwa pada saatnya ia akan sekolah sendiri.

- Jika meihat anak seorang anak yang tampak berpotensi mengganggu anak kita, ajak dia ngobrol atau beri puji-pujian ia anak baik, dan tanamkan bahwa kita adalah orang tua dari si A, temannya. Cara sederhana ini akan membuat anak itu, jika pun sebagai “tukang ganggu,” akan segan mengganggu anak kita.

- Tanamkan pada anak, semua temannya baik dan Anda bersungguh-sungguh menjaga dia walaupun kelak tidak akan menunggunya seharian lagi.

Jika semua hal di atas sudah okai, tak perlu lagi harus menunggu seharian di sekolah. Sepekan itu sudah lama. Yang penting, beri pesan kepada anak, jika sangat perlu ia bisa memanggil Anda dengan meminjam telepon pada sekolah atau guru. Tentu untuk hal ini kita sudah membicarakan juga dengan guru.

Anak Masuk SD

-Seperti masuk TK, anak masuk SD -untuk pertama kali, klas 1 SD- juga menjadi kerepotan tersendiri bagi orang tua. Sebagian besar orang tua biasanya akan “meliburkan diri” untuk bisa mengantar anaknya pertama kali memasuki SD. 

Ini hal wajar, mengingat anak, seperti saat masuk TK, akan memasuki “dunia baru,” dunia yang tentu lain dari sebelumnya. Dan berbeda dengan TK, dari sisi kuantitas, jumlah murid SD jelas lebih banyak. Sebuah pemandangan yang bisa jadi mengejutkan anak. Orang tua tak salah mendampingi anak “menjumpai” dunia baru itu.

- Berbeda dengan TK, pada tingkat SD, anak-anak jelas lebih “dewasa.” Keusilan, kenakalan, bisa merupakan kelakuan yang dimiliki sejumlah anak. Sejumlah kasus ditemukan, anak trauma masuk sekolah pada awal pelajaran karena ia diusilin teman barunya.

Itu sebabnya, orang tuanya sebaiknya mengajak anak untuk berterus terang jika terjadi hal-hal semacam ini. Tujuannya agar bisa segara dicari penyelesainnya. Misalnya meminta guru menegur anak itu atau memberitahukan pada orang tuanya tentang kelakuan anaknya.

- Orang tua tetap mesti menekankan pada anak, bahwa pada saatnya ia akan sekolah sendiri, tidak lagi ditunggu seharian. Dan biasanya hanya dalam beberapa hari, jika anak sudah menikmati sekolahnya, ia sudah tak memerlukan lagi untuk ditungguin orang tuanya. 

Tapi, jika lebih dari seminggu apalagi dua minggu ia menuntut orang tuanya untuk selalu menunggunya di sekolah, bisa jadi ada sesuatu yang ia alami. Untuk hal ini ajak dia bicara baik-baik. Bicara terus terang apa yang terjadi dengan dirinya dalam kaitan dengan temannya atau bahkan gurunya. []

Berita terkait
Orang Tua di Siantar Mengeluh Biaya Sekolah Mahal
Puluhan orang tua siswa mendatangi Yayasan Kalam Kudus, Jalan Merdeka, Kecamatan Siantar Barat, Pematangsiantar, Sumatera Utara.
Tips Cegah Imunitas Tubuh Menurun Selama New Normal
Selama new normal, imunitas tubuh tidak boleh menurun agar tidak mudah terserang penyakit, terutama dalam masa pandemi Corona atau Covid-19.
Tips Agar Anak Tidak Sesak Napas Saat Memakai Masker
Sebagian besar anak-anak merasa tidak betah memakai masker saat pandemi Corona karena membuatnya sesak atau susah bernapas.
0
5 Hal yang Perlu Diperhatikan Sebelum Membeli Hunian di Sentul
Selain Bekasi dan Tangerang Selatan, Bogor menjadi kota incaran para pemburu hunian di sekitar Jakarta. Simak 5 hal ini yang perlu diperhatikan.