Anyang Kuliner Khas Singkil, Menu Favorit Buka Puasa

Anyang kuliner khas Singkil, menu favorit buka puasa. Anyang racikan sayur rotan muda yang dicari warga di hutan liar.
Rotan muda ini dicari masyarakat Singkil di hutan liar kemudian diolah menjadi makanan yang disebut anyang. Ternyata anyang semacam urap sayur kalau di Jawa, merupakan menu favorit buka puasa di Singkil. (Foto: Istimewa)

Singkil, Aceh, (Tagar 26/5/2018) - Satu kuliner lokal 'anyang' merupakan menu favorit masyarakat untuk pangan berbuka pada puasa Ramadhan 1439 Hijriah di Kabupaten Aceh Singkil, Provinsi Aceh.

Pantauan di Singkil, hampir semua pedagang takjil menyediakan anyang sebagai makanan utama yang dihidangkan kepada setiap pembeli.

Dalam setiap warung jajanan pangan berbuka puasa, makanan khas favorit masyarakat Singkil ini dapat ditemui anyang yang dijual dengan harga yang sangat terjangkau yakni Rp 5.000 - Rp7.000 per bungkus yang dibalut dengan daun pisang.

Seorang pedagang takjil, Satimin menyatakan anyang ini merupakan racikan perpaduan dari tumbuhan vegetarian disebut pakkat dan simboling atau rotan muda yang dicari warga di hutan liar.

Kuliner satu ini selalu hadir dan jadi favorit dengan rasa khas vegetarian alami.

Pakkat dan simboling sangat familiar bagi masyarakat pesisir dan masyarakat daerah aliran sungai, sebab kedua tanaman vegetarian ini kerap dijual di pasaran sebagai bahan racikan sayuran pendamping sayuran yang terkenal dengan nama anyang.

Dari sekian banyak ragam menu berbuka puasa, anyang selalu tampil mengemuka dalam menu berbuka, sehingga setiap pedagang takjil menu berbuka di setiap sisi kota Singkil, tidak pernah ketinggalan menyajikan menu tersebut.

Kebiasaan masyarakat Aceh Singkil, memanfaatkan tanaman pakkat dan simboling juga dapat dikonsumsi langsung sebagai lauk walau hanya dibakar selain diolah menjadi masakan anyang (urap) ataupun digulai dengan ikan.

Namun, tanaman pakkat dan simboling hidup liar di hutan rawa belantara dan tidak pernah diberdayakan, sehingga para pedagang vegetarian ini bila ingin menjualnya terlebih dahulu mengambilnya di dalam hutan belantara menggunakan perahu.

Ciri khas kedua tanaman ini pun berbeda, baik rasa maupun ukuran, warna dan jenisnya, biasanya tanaman Pakkat Batang Nibung muda dan Simboling ini diambil dari pucuk rotan yang masih dibalut daunnya.

Pakkat dan simboling sangat berbeda sebab ukuran batang Pankkat bisa diameter 3-5 cm, sedangkan jenis Simboling berdiameter 2-3 cm. Sementara rasa jenis Pangkat itu agak kemanis-manisan dan Simboling rasanya pahit. Cara memperoleh bagian dalamnya cara mengupas kulit berduri pada bagian luar keduanya.

Pemburu tumbuhan dua jenis ini memiliki cara yang berbeda untuk mengupas kulitnya. Sebagian di antara mereka ada yang mengupas langsung saat masih di hutan. Ada juga yang mengupasanya dengan cara dibakar terlebih dahulu sedangkan isi dari batang muda tumbuhan ini berwarna putih.

Pedagang lainnya, Ogek Diman mengaku dirinya berjualan pakkat dan simboling laris selama bulan Ramadan untuk disajikan sebagai bahan berbuka puasa.

Mengenai harga sangat terjangkau, 10 batang dijual Rp 5.000 hingga Rp 7.000 per ikat, setiap harinya ia mendapatkan hasil omset dari berjualan pakkat dan simboling per harinya bisa mencapai antara Rp 150 ribu hingga Rp 200 ribu.

Sepekan Ramadan takjil makanan ini juga ramai diserbu pembeli setiap harinya, kedua batang tanaman ini merupakan bahan pembuatan urap, anyang dan gulai dicampur ikan asap. (ant/af)

Berita terkait