Untuk Indonesia

Anjing yang Lebih Suci dari Manusia

Jagad medsos heboh karena anjing masuk masjid. Lucu memang. Anjing adalah binatang peliharaan paling setia. Ulasan Denny Siregar.
Ilustrasi - Anjing jenis Samoyed berasal dari Rusia. Mempunyai bulu tebal, dan berwarna putih. Serupa Siberian Huski, Samoyed memiliki wajah khas seperti serigala. (Foto: thehappypuppysite.com)

Oleh: Denny Siregar*

Heboh sekali jagat media sosial dengan masuknya anjing ke dalam masjid.

Kejadian ini dipicu seorang wanita yang mengaku beragama Katolik dan diduga stres karena suaminya kawin lagi, dengan membawa anjing masuk ke dalam masjid.

Dan sumpah serapah dengan bahasa yang nauzubilah pun mengalir dengan entengnya memaki sang anjing dan tuannya. Mereka menempatkan diri mereka lebih suci dari seekor anjing yang tidak tahu apa-apa, hanya dengan setia mengikuti ke mana tuannya berada.

Apakah masuknya seekor anjing ke dalam masjid membahayakan jiwa manusia di dalamnya? Tidak ada. Yang ada hanya ketersinggungan belaka karena jiwa suci mereka sontak menjadi najis karena kehadiran seekor binatang yang - ironisnya - disebutkan sebagai satu binatang yang masuk surga.

Lucu memang. Anjing dikenal sebagai binatang peliharaan manusia yang paling setia. Kesetiaan seekor anjing tergambar di mana-mana. Bahkan di Jepang, mereka membuat patung anjing bernama Hachiko. Hachiko adalah kisah nyata seekor anjing yang menunggu tuannya di stasiun kereta, sampai ia meninggal meski tuannya tak kunjung datang.

Anjing tidak perlu berpakaian agamis untuk menipu manusia dengan rayuan gombal tentang kesetiaan tapi di belakang menipu triliunan rupiah uang jemaah yang ingin beribadah.

Sampai seberapa najis seekor anjing sehingga ia menjadi haram masuk ke dalam masjid, dibandingkan seekor kucing misalnya?

Susah membahas itu, karena di dalam Islam bermazab sunni ada pendapat dari para Imam mazab berbeda-beda. Imam mazab Syafii dan Hambali berpendapat anjing najis keseluruhan badannya. Sedangkan Imam Hanafi berpendapat hanya hidung, liur dan kotoran anjing saja yang najis. Sedangkan Imam Maliki malah menganggap anjing suci. Itulah kenapa di Arab banyak yang memelihara anjing karena menganggap tidak ada kenajisan di dalamnya.

Tapi yang pasti, anjing tidak akan salah karena ia binatang yang memang hanya berbekal naluri bukan akal seperti yang dipunyai manusia. Jadi ketika seekor anjing masuk masjid, entah apa yang harus dimaki.

Dimaki pun dengan kata "anjing!" ia tidak tersinggung, toh ia memang seekor anjing. Beda mungkin jika ia dimaki, "dasar kamu manusia!!" ia mungkin tersinggung sekali karena segalak-galaknya seekor anjing, ia tidak akan mungkin "memakan" bangkai temannya sendiri.

Saya pun akhirnya harus minta maaf kepada anjing.

Apalagi ketika saya sering mengumpat pakai namanya, saat salat Jumat ada penceramah yang sibuk berkata fitnah dan menjelek-jelekkan sesama. Saya juga sering mengumpat pakai kata anjing, ketika melihat ada orang yang katanya habib keturunan Rasulullah Saw, dengan pongahnya membenturkan dengkul kakinya ke kepala seorang remaja sampai berdarah-darah.

Saya sadar, anjing tidak akan sehina itu. Anjing tidak perlu berpakaian agamis untuk menipu manusia dengan rayuan gombal tentang kesetiaan tapi di belakang menipu triliunan rupiah uang jemaah yang ingin beribadah.

Anjing tidak perlu berpakaian ulama kemudian ngetwit mencaci maki pemerintah dan ketika tahu dia salah dia buru-buru minta maaf, untuk kemudian mencaci maki lagi dengan tema berbeda.

Anjing tidak sehina itu, bahkan jauh lebih mulia.

Itulah kenapa saya heran, kenapa anjing dicaci saat masuk masjid, sedangkan manusia yang jauh lebih hina disambut bak seorang punggawa. Padahal anjing jauh lebih dekat dengan surga dan manusia dengan segala nafsunya dikabarkan sebagai penghuni terbanyak neraka.

Kepalaku pusing. Lebih baik seruput kopi saja.

*Penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi

Baca juga:

Berita terkait
0
Kapolri: Sinergitas TNI-Polri Harga Mati Wujudkan Indonesia Emas 2045
Kapolri menekankan penguatan sinergitas TNI-Polri menjadi salah satu kunci utama dalam menyukseskan dan mewujudkan visi Indonesia Emas.