TAGAR.id, Beijing, China – Material genetik yang dikumpulkan di sebuah pasar di China dekat lokasi munculnya kasus pertama virus corona (Covid-19 pada manusia menunjukkan DNA anjing rakun yang berbaur dengan corona virus. Menurut para pakar internasional, temuan itu menguatkan bukti bahwa Covid-19 berasal dari hewan, bukan dari laboratorium.
“Data tersebut tidak memberikan jawaban pasti tentang bagaimana pandemic bermula, tapi setiap bagian data itu penting untuk membawa kita lebih dekat ke jawaban yang dicari,” kata Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia PBB (World Health Organization/WHO), Jumat, 17 Maret 2023, seperti yang dilansir oleh Kantor Berita Associated Press (AP).
Masih belum jelas bagaimana virus corona bisa muncul. Banyak ilmuwan yang percaya virus itu kemungkinan menular dari hewan ke manusia di pasar hewan-hewan liar di Wuhan, China. Jalur penularan itu juga terjadi pada virus-virus sebelumnya di masa lalu.
Penemuan-penemuan baru itu belum memberi jawaban dan belum ditelaah oleh para pakar lain atau diterbitkan dalam jurnal yang sudah ditelaah sejawat (peer-reviewed).
Tedros mengkritik China karena tidak membagikan informasi genetic itu lebih awal. “Data ini bisa saja dan seharusnya dibagikan tiga tahun yang lalu,” kata Tedros kepada para wartawan dalam konferensi.
Data Sekuens Genetika Dihapus
Para peneliti mengumpulkan sampel-sampel dari permukaan di pasar makanan laut Huanan di Wuhan pada awal 2020. Kasus Covid-19 pertama pada manusia ditemukan di pasar itu pada akhir 2019.
Tedros mengatakan para ilmuwan baru-baru ini mengunggah sekuens genetika Covid-19 ke Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China (Chinese Center for Disease Control and Prevention/China CDC), basis data umum virus terbesar di dunia.
Data-data itu kemudian dihapus. Namun, seorang ahli biologi Prancis tak sengaja menemukan data itu dan membagikannya ke kelompok ilmuwan di luar China, yang meneliti asal-usul virus corona.
Data menunjukkan bahwa beberapa sampel positif Covid-19 yang dikumpulkan dari sebuah kios yang memperdagangkan hewan-hewan liar, juga mengandung gen anjing rakun. Menurut para ilmuwan, temuan itu mengindikasikan hewan-hewan mungkin sudah terinfeksi virus corona.
“Ada kemungkinan bahwa hewan-hewan yang menyimpan DNA tersebut, juga menyimpan virus itu,” kata Stephen Goldstein, pakar virus dari Universitas Utah yang ikut menganalisa data.
Jenis anjing rakun mendapat julukan itu karena wajahnya yang mirip rakun. Anjing rakun biasanya diternakan untuk diambil bulunya dan dijual dagingnya di pasar-pasar di seluruh China.
Data belum pasti tapi penting
Ray Yip, pakar epidemiologi, mengatakan penemuan-penemuan tersebut tetap penting, meski belum pasti. Yip adalah adalah satu pendiri kantor Pusat Pengendalian Penyakit AS di China.
“Data sampel lingkungan pasar yang dirilis oleh China CDC sejauh ini adalah bukti paling kuat untuk mendukung (teori) virus berasal dari hewan,” kata Yip kepada Associated Press melalui surel. Dia tidak terkait dengan analisis baru.
Ketua teknis Covid-19 WHO, Maria Van Kerkhove, memperingatkan bahwa analisis itu tidak menemukan virus di dalam hewan manapun dan tidak menemukan bukti kuat bahwa hewan-hewan menulari manusia.
“Apa yang ini [analisis] sajikan adalah petunjuk-petunjuk untuk membantu kita memahami apa yang mungkin sudah terjadi,” kata van Kerkhove.
Van Kerkhove menambahkan kelompok internasional itu sudah memberitahu WHO bahwa mereka menemukan DNA dari hewan lain dan juga anjing rakun dalam sampel dari pasar makanan laut.
Kode genetika virus corona sangat mirip dengan virus corona pada kelelawar. Banyak ilmuwan menduga Covid-19 menular ke manusia langsung dari kelelawar atau melalui hewan perantara seperti trenggiling, musang, atau anjing rakun
Goldstein dan rekan-rekannya mengatakan analisis mereka adalah indikasi solid pertama bahwa kemungkinan ada hewan liar yang terinfeksi virus corona. Namun, bisa juga manusia yang membawa virus corona ke pasar dan menulari anjing rakun atau menulari manusia lainnya dengan meninggalkan jejak virus dekat hewan-hewan itu.
Setelah para ilmuwan itu menghubungi China CDC, kata mereka, sekuens genetika itu dihapus dari basis data global virus.
Gang Fu, mantan kepala China CDC, tidak segera merespons permintaan komentar dari Associated Press yang dikirim via email. Namun dia mengatakan kepada majalah Science bahwa sekuens genetika virus pada anjing rakun itu bukan sesuatu hal yang baru.
“Sudah diketahui ada perdagangan hewan liar ilegal dan karena itu pasar langsung ditutup,’ ujarnya. (ft/ah)/Associated Press/voaindonesia.com. []