Anies Baswedan Capres, “Emang” Ada yang Milih?

Anies Baswedan capres, “emang” ada yang milih? Jawabnya, ada! Setidaknya, Presiden PKS Sohibul Iman telah membidiknya.
Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sohibul Iman, mengatakan sejumlah kader partainya mengusulkan untuk mengusung Anies Baswedan sebagai calon presiden melawan Joko Widodo. (Tagar/Gilang)

Jakarta, (Tagar 5/7/2018) – Nama Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta, semakin santer terdengar digadang-gadang maju pada pemilihan presiden (Pilpres) 2019.

Mulanya, Anies diusulkan menjadi calon wakil presiden (cawapres) mendampingi Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Lalu, kini dia diusulkan menjadi calon presiden oleh sejumlah kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Ketua Bidang Humas DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Ledia Hanifa Amaliah membenarkan perihal usulan nama Anies Baswedan tersebut. Namun, hanya usulan dari beberapa orang saja, bukan suara bulat PKS.

“Lebih tepatnya suara beberapa orang,” ujar Ledia Hanifa Amaliah kepada Tagar News, di Jakarta, Rabu (4/7).

Menurut dia, untuk Pilpres PKS masih berpegang pada keputusan Majelis Syuro PKS sebelumnya, yakni mencalonkan sembilan nama kader PKS. Jika, misalnya memang Anies Baswedan diusulkan, maka harus dibicarakan terlebih dahulu di Majelis Syuro.

“PKS tetap mencalonkan sembilan nama internal PKS. Sebagaimana kesepakatan di Majelis Syuro. Jika akan mengusulkan nama lain, harus dibicarakan di Majelis Syuro,” terang Ledia.

Ledia menjelaskan, memang masih mungkin pada situasi kini, para kader melemparkan wacana untuk Pilpres. Namun, keputusan resminya tetap berada di tangan Majelis Syuro PKS.

“Kalau wacana-wacana yang disampaikan kader mungkin saja. Tapi keputusan tetap di Majelis Syuro,” tegasnya.

Sebelumnya, wacana tersebut disampaikan oleh Presiden PKS Sohibul Iman. Menurutnya, aspirasi tersebut memang datang dari kadernya. Namun, dibahas atau tidaknya usulan, tergantung dari Majelis Syuro PKS.

“Jadi aspirasi apa pun kalau kemudian itu ada di Majelis Syuro, itu yang akan dibahas. Apakah benar dicalonkan atau tidak itu tergantung 66 anggota Majelis Syuro,” tukasnya.

Kenapa Anies Baswedan?

Pengamat Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Wasisto Raharjo Jati mengungkapkan, munculnya nama Anies merupakan bagian dari dinamika capres kubu oposisi. Dalam hal ini, PKS yang sepertinya ingin mengulang kesuksesan strateginya di Pilgub DKI Jakarta 2017 yang berhasil membuat Anies Baswedan duduk di kursi gubernur.

"Iya, saya pikir ini bagian dari dinamika capres dari kubu oposisi. Nah, saya pikir PKS ingin kembali menggunakan strategi underdog seperti yang terjadi di Pilgub 2017 silam," ungkap Wasisto dalam pesan WhatsApp kepada Tagar News, di Jakarta, Rabu (4/7).

Sementara itu, Pengamat Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Adi Prayitno menilai, kenapa nama Anies yang muncul, karena PKS yang tidak percaya diri mengusung sembilan kadernya. Nama-nama itu yang hanya populer di internal partai saja.

"Saya melihat PKS tak confidence mengusung sembilan kader mereka yang di-endorse jadi capres sejak lama. Nama-nama itu hanya populer di internal saja, di luar itu popularitas dan elektabitas sembilan capres PKS itu tak signifikan,” papar Adi, kepada Tagar News, di Jakarta, Rabu (4/7).

“Dalam konteks itulah, bisa dipahami jika belakangan PKS menyodorkan nama Anies Baswedan sebagai capres 2019," imbuhnya.

PKS pun dilihatnya berupaya main dua kaki. "PKS mencoba main di dua kaki. Satu sisi menyodorkan sembilan kader internal jadi capres, tapi pada saat bersamaan PKS menebar jala pada sosok eksternal yang berpotensi leading di Pilpres seperti Anies Baswedan," sambungnya.

PKS yang saat ini merupakan partai oposisi, dinilainya juga sebagai cara PKS naikan bargain politik di depan partai lain.

"Mendorong Anies maju capres, juga mesti dimaknai sebagai upaya PKS menaikkan bargain politik di depan partai lain, terutama partai yang belum menentukan pilihan politik ke manapun," tukas Adi.

Kemungkinan Nyapres

Mencuatnya Anies Baswedan menjadi calon presiden, sebenarnya, tak bisa dipungkiri karena Anies punya peluang lebar untuk menjadi calon presiden. Dengan catatan, Prabowo bisa rendah hati menyerahkan mandat partainya pada Anies.

"Cukup terbuka lebar mengingat Anies maju DKI didukung full oleh Gerindra dan Prabowo. Tapi ending-nya sangat tergantung kerendahan hati Prabowo untuk mundur dan dukung Anies nyapres," tutur Adi yang juga seorang praktisi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta itu.

Sama halnya dengan Adi, Pengamat Politik LIPI Wasisto Raharjo Jati pun punya pandangan sama dengan peluang Anies menjadi capres. Namun, peluang tersebut tak sekarang.

"Kembali lagi pada elektabilitas figur ya. Anies Baswedan sendiri masih ada peluang ke depan, tapi untuk saat ini bukan saatnya. Karena Anies Bawedan sendiri banyak dapat kritikan terutama lebih dominan Sandiaga Uno daripada Anies Baswedan. Anies Baswedan perlu menunjukkan leadership-nya," jelasnya.

Dan lagi jika pada akhirnya PKS akan merapatkan barisannya pada Partai Gerindra, kecil kemungkinan Anies gantikan Prabowo menjadi capres. Apalagi, Partai Gerindra sudah melabuhkan dukungan pada ketumnya untuk jadi capres di 2019. Begitu pula dengan PAN.

"Saya pikir Gerindra tidak akan memberikan kursi capres Prabowo. Mereka sepertinya satu suara bulat dukung ketua umumnya," jelasnya.

Dia menilai kemungkinan besar, PKS hanya akan mengajukan cawapres saja. Mengingat PKS belum punya sumber daya material dan minim jumlah suara di DPR. "PKS belum memiliki sumber daya material yang kuat dan dua, jumlah suara dan kursi DPR-nya lebih rendah ketimbang Gerindra," tutupnya. (nhn)

Berita terkait