Cirebon, (Tagar 15/8/2017) - Ratusan sopir angkot di Kota Cirebon, Jawa Barat, berhenti beroperasi mereka menuntut agar pemerintah dan wakil rakyat (DPR) bisa menutup aplikasi transportasi berbasis daring.
"Kami mogok beroperasi, karena ingin menuntut pemerintah bisa melihat nasib kami dan juga bisa menutup aplikasi transportasi berbasis daring," kata seorang sopir angkot D1 Kota Cirebon, Sohar di Cirebon saat melakukan unjuk rasa, Selasa (15/8).
Sohar mengatakan setelah beroperasinya transportasi daring, baik berupa roda dua maupun roda empat, menyebabkan pendapatan mereka menurun drastis. Bahkan kini tak bisa lagi mendapatkan hasil, karena untuk setor saja sudah tidak cukup setelah adanya transportasi daring. "Sekarang setor saja sudah tidak bisa, karena pendapatan kami terus turun," tuturnya.
Dia mengaku sebelum adanya transportasi daring dia bisa mengantongi penghasilan sebesar Rp60 ribu per hari itu sudah bersih. Namun sekarang untuk setor pun pihaknya harus berhutang.
Senada dengan Sohar, sopir lain Ari mengatakan kondisi di Kota Cirebon yang masih berkembang ini tidak bisa dimasuki transportasi daring, "Sekarang penumpang di Cirebon itu masih sedikit tidak terlalu banyak, jadi kalau kita harus bersaing dengan transportasi daring, maka tidak akan bisa, karena ongkos mereka juga lebih murah," kata Ari. (rif/ant)