Jakarta - Pengamat Intelijen dan Keamanan, Stanislaus Riyanta menilai pernyataan Anggota Komisi I DPR dari Fraksi PKS, Sukamta, yang membandingkan kesejahteraan TNI dengan Polri pasca kasus Ciracas sangat tidak etis.
"Sebagai anggota DPR seharusnya komentar yang diberikan bersifat solutif, bukan provokatif," katanya kepada Tagar, Kamis, 3 September 2020.
Sinergitas TNI Polri yang saat ini sedang diuji tidak boleh berkurang karena kasus Ciracas, atau karena adanya provokasi dari pihak-pihak tertentu
Stanislaus mengatakan, dalam konteks penyerangan Polsek Ciracas, Jakarta Timur, Minggu dini hari (30 Agustus 2020), komentar-komentar yang kontraproduktif seperti membanding-bandingkan kesejahteraan antar institusi seharusnya dihindari.
"Pimpinan TNI dan Polri saat ini sudah mengambil langkah-langkah yang tegas untuk menangani kasus Ciracas. Sinergitas TNI Polri yang saat ini sedang diuji tidak boleh berkurang karena kasus Ciracas, atau karena adanya provokasi dari pihak-pihak tertentu," ujarnya.
Kendati demikian, dia berpandangan, dalam hal ini perlu dilakukan kajian mendalam terkait konflik-konflik yang terjadi antara TNI dan Polri.
"yang tentu tidak bisa secara dini disimpulkan karena masalah kesejahteraan. Kajian ini harus segera dilakukan dengan melibatkan berbagai pihak agak lebih obyektif dan mampu menangkap akar masalah lebih jernih sehingga dapat dihasilkan rekomendasi untuk mewujudkan TNI Polri yang sinergis dari tingkat tertinggi hingga terendah," ucap Stanislaus Riyanta.
Sekadar informasi, Anggota Komisi I DPR dari Fraksi PKS, Sukamta, mengaku prihatin atas kesejahteraan prajurit TNI yang menurutnya jauh di bawah personel Polri. Sukamta membandingkan fasilitas yang diterima dua personel institusi tersebut.
Sukamta mengatakan kesejahteraan prajurit TNI berada di bawah personel Polri. Dia mengungkap, saat dinas di lokasi yang sama, personel Polri mendapatkan fasilitas pesawat, sedangkan personel TNI hanya dengan kapal. Dia menyebut ini berpotensi menimbulkan kecemburuan yang dapat menyulut keributan.
"Jadi tadi yang satu institusi, sama-sama ditugaskan ke Papua dari Jakarta, yang satu naik pesawat, yang satu naik kapal, ya kan, perbandingannya begitu. Itu sebabnya saya lihat mungkin ada kontribusi pada kecemburuan, kalaupun saya tahu prajurit itu tidak pernah mengeluh," kata Sukamta kepada wartawan, Kamis, 3 September 2020.
Sebelumnya, Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Andika Perkasa menyatakan, sebanyak 12 prajurit TNI AD yang telah menjalani pemeriksaan terkait penyerangan dan perusakan Mapolsek Ciracas, Jakarta Timur, telah ditahan di Polisi Militer Kodam Jaya (Pomdam Jaya), Guntur, Jakarta Selatan.
- Baca juga: Polsek Ciracas Diserang, TNI - Polri Jangan Terpancing
- Baca juga: Polsek Ciracas Dirusak, Andika Perkasa Tahan 12 Orang
"Jadi, 12 orang ini ditahan di Polisi Militer Kodam Jaya di Guntur," kata Andika Perkasa saat jumpa pers di Mabes TNI AD, Jakarta, dikutip Tagar, Senin, 31 Agustus 2020.[]