Anak Buah Rizieq Shihab Benarkah Mati Syahid?

Enam anak buah Rizieq Shihab yang tewas ditembak polisi, benarkah mati sahid? Dan polisi yang menembak mereka benarkah akan masuk neraka jahanam?
Enam pengawal Rizieq Shihab, anggota Front Pembela Islam (FPI) yang tewas saat melawan polisi di tol Jakarta-Cikampek, Senin dini hari, 7 Desember 2020. (Foto: Tagar/Facebook Denny Siregar)

Jakarta - Intelektual Nahdhatul Ulama Akhmad Sahal mengatakan 6 anak buah Rizieq Shihab yang tewas ditembak polisi bukan mati syahid, tapi mati jahiliyah. "Propaganda FPI yang memuja anggotanya yang tewas sebagai syuhada, sebagai mujahid yang mati syahid, itu menyesatkan," ujar Sahal dalam video berjudul Mereka Bukan Mati Syahid Tapi Mati Jahiliyah di YouTube Cokro TV, Jumat, 11 Desember 2020.

Glorifikasi sebagai syuhada itu sebenarnya sering digunakan juga oleh para pendukung teroris yang ditembak mati oleh Densus 88, kata Sahal.

Sejatinya menurut Islam, kata Sahal, orang yang menyerang atau melawan aparat pemerintah yang sah dengan senjata itu disebut sebagai pemberontak atau bughat, yang arti harfiahnya: mereka yang melampaui batas. 

"Dan bughat dalam perspektif fikih adalah haram, hukumnya sah untuk diperangi. Ini karena menurut fikih, ulil amri atau penguasa yang sah itu wajib ditaati. Ketaatan terhadap ulil amri ini asalkan tidak memerintahkan pada kemaksiatan. Jadi, selama tidak memerintahkan kemaksiatan, ulil amri atau penguasa yang sah wajib ditaati. Dan bughat itu justru membangkang, melawan dengan kekerasan, dengan senjata, terhadap penguasa yang sah tersebut," tutur Sahal.

Penyerang pemerintah yang sah itu kalau diperangi dan mati, ia bukanlah syahid, tapi mati dalam keadaan jahiliyah.

Berikut kriteria bughat berdasarkan penjelasan Sahal mengacu pada kitab fikih yang banyak dikaji di pesantren, yaitu Kitab Al-Iqna'.

Pertama, mereka punya kekuatan untuk melancarkan pemberontakan, perlawanan, entah itu dalam bentuk senjata, massa, logistik, jaringan, dan seterusnya.

Kedua, mereka nyata-nyata membangkang dan menyatakan permusuhan, pemberontakan, hujatan, dan kebencian pada pemerintahan yang sah. 

Ketiga, perlawanan tersebut didasarkan pada tafsir atau narasi tertentu untuk membenarkan tindakannya. Misalnya dengan bilang bahwa pemerintah zalim, represif, membantai umat Islam, dan seterusnya.

"Narasi semacam itu sih memang jelas fitnah dan bohong, tapi mereka sebarkan terus agar rakyat mendukung tindakannya untuk melakukan pemberontakan, sebagai bughat tadi," ujar Sahal.

Jadi intinya, kata Sahal, menyerang penguasa yang sah, yang disebut bughat, adalah sesuatu yang haram dan sah untuk diperangi balik oleh sang penguasa. Dan si bughat, orang yang menyerang aparat pemerintahan yang sah tersebut mati ditembak, ia bukan mujahid yang mati syahid seperti propaganda FPI.

"Tidak sama sekali. Penyerang pemerintah yang sah itu kalau diperangi dan mati, ia bukanlah syahid, tapi mati dalam keadaan jahiliyah. Karena orang ini menentang perintah Allah agar menaati ulil amri, menaati penguasa yang sah," ujar Sahal.

Sahal merujuk pada sebuah hadis, Ibnu Umar berkata bahwa beliau mendengar Rasulullah bersabda yang artinya: "Barangsiapa yang melepaskan tangannya dari ketaatan kepada pemimpin, maka ia pasti bertemu Allah pada hari kiamat dengan tanpa hujah atau argumen yang membelanya. Barangsiapa yang mati dalam keadaan tidak ada baiat di lehernya (maksudnya tidak ada ketaatan kepaa sang pemimpin yang sah), maka ia mati dengan cara mati jahiliyah." (HR. Muslim no. 1851).

Sahal menegaskan, "Penyerang aparat itu bukan mati syahid, tapi mati sangit. Karena ia mati secara jahiliyah. Yang dimaksud mati jahiliyah adalah mati dalam keadaan sesat dan salah jalan, sebagaimana keadaan orang-orang jahiliyah."

Dan polisi yang mempertahankan diri dari serangan bughat dan akhirnya ia membunuh si bughat, ia tidak masuk neraka jahanam seperti kata Ustaz Abdul Somad. Sahal menilai ucapan Somad sebagai narasi yang ngawur karena menggunakan dalil secara serampangan.

"O, tidak. Ia justru menunaikan perintah Allah agar taat terhadap ulil amri. Dengan begitu, vonis UAS bahwa mereka akan masuk neraka jahanam ya jelas-jelas ngawurlah. Lagian UAS ini sok tahu tentang siapa yang akan masuk neraka dan surga, doanya untuk pilada saja enggak manjur, kok berani-beraninya playing God, memvonis nasib orang di akhirat," tutur Sahal.

Sebelumnya, Sekretaris Umum FPI Munarman mengatakan 6 pengawal Rizieq Shihab yang tewas ditembak polisi di tol Jakarta-Cikampek, Senin dini hari, 7 Desember 2020, adalah para syuhada yang mati syahid. Dan Ustaz Abdul Somad mengatakan polisi yang menembak 6 pengawal tersebut akan masuk neraka jahanam. 

Enam pengawal Rizieq Shihab tersebut adalah Faiz Ahmad Syukur (22 tahun), Andi Oktiawan (33 tahun), M. Reza (20 tahun), Muhammad Suci Khadavi Poetra (21 tahun), Lutfhil Hakim (24 tahun), dan Akhmad Sofiyan (26 tahun).

Rekam Jejak Polisi

Akhmad Sahal meminta semua pihak menahan diri, sampai saat ini semua harus menunggu hasil penyelidikan dan investigasi terhadap kasus tersebut. "Tapi menurut saya, polisi tidak akan main tembak begitu saja terhadap anggota FPI kalau benar-benar tidak mengancam dan membahayakan jiwanya."

"Itu mengingat rekam jejak polisi sendiri yang sebelumnya tidak pernah membunuh anggota FPI. Baru kemarin di jalan tol itu. Dan kalau yang terjadi memang seperti yang dikatakan polisi, bahwa polisilah yang duluan diserang oleh anggota FPI dengan senjata, maka alasan Polri meletuskan tembakan itu sah," tutur Sahal.

Pandangan Sahal senada dengan pernyataan Direktur Setara Insitute, Hendardi, "Jika betul bahwa senjata-senjata yang ditunjukkan Kapolda Metro Jaya dan Pangdam Jaya adalah senjata milik anggota FPI, maka pembelaan Polri atas jiwa anggotanya yang terancam bisa diterima." 

Ketua Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab telah dinyatakan sebagai tersangka pelanggaran kerumunan, dengan dijerat pasal hasutan dan melawan petugas.  

Masalah tidak selesai di situ, kata Sahal, karena Rizieq dan pendukungnya gencar menyebarkan propaganda bahwa mereka adalah pihak yang cinta damai, tapi dibantai aparat yang zalim. Lalu enam anggota FPI yang tewas tadi dipuja-puja sebagai mati syahid, tubuhnya harum, dan seterusnya.

"Propaganda FPI yang digaungkan Munarman cs haruslah kita lawan, haruslah kita tolak, karena isinya penuh kebohongan dan penyesatan opini publik. Misalnya ia mengatakan FPI cinta damai? Omong kosong. Rekam jejak FPI justru penuh dengan kekerasan dan kebencian. FPI enggak pernah bersenjata? Hellooo, banyak sekali foto menunjukkan betapa bangganya anggota FPI pamer berbagai senjata miliknya," tutur Sahal.

Belum lagi, lanjut Sahal, "Fakta bahwa jaringan terorisme di Indonesia selama ini banyak yang berafiliasi dengan FPI. Warga Ahmadiyah pernah dibunuh dan dibantai oleh orang FPI. Selain itu Rizieq dan FPI menyatakan mendukung ISIS. Rizieq bahkan memakai gaya ISIS, menebar ancaman penggal kepala."

Dalam salah satu video, sebut Sahal, "Rizieq menghujat pemerintahan Jokowi sebagai zalim terhadap umat Islam, dan ia mengancam penggal kepala terhadap aparat TNI dan Polri, sebagaimana polisi dan tentara dipenggal kepalanya di Suriah dan Irak." []

Berita terkait
Rizieq Shihab Takut Ditangkap Sehingga Menyerah ke Polda Metro
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Pol. Yusri Yunus menilai Habib Rizieq Shihab takut ditangkap sehingga mendatangi Polda Metro.
Cegah Kriminalisasi, DPR Kawal Kasus Hukum Rizieq Shihab
Wakil Ketua Komisi III DPR Ahmad Sahroni menegaskan kawal proses hukum Habib Rizieq Shihab (MRS), agar diproses terbuka tak terjadi kriminalisasi.
Bunyi Pasal Berlapis yang Disangkakan Polisi ke Rizieq Shihab
Berikut bunyi pasal berlapis delik pidana yang disangkakan polisi kepada Habib Muhammad Rizieq Shihab, tersangka pelanggar protokol kesehatan.
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.