AMS 2020 Tangkal Radikalisme dan Antipemerintah

Program AMS diterapkan Februari 2020 dengan perubahan yang semua berdasarkan kebutuhan dan tujuan utamanya Jabar Juara Lahir Batin
Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum. (Foto: Tagar/Fitri Rachmawati)

Bandung - Pemerintah Provinsi Jawa Barat bakal kembali menerapkan program ajengan masuk sekolah atau AMS pada Februari 2020 dengan berbagai transformasi. Tidak hanya mengakselerasi misi Jabar Juara Lahir Batin, tetapi diselaraskan dengan penguatan pendidikan karakter hingga Nawa Cita-nya Presiden Joko Widodo.

“Sehingga kegiatan AMS ini tidak dianggap menyimpang, AMS ini sebagai daya dorongnya,” tutur Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum usai Rapat Persiapan Kegiatan Ajengan Masuk Sekolah (AMS) bersama MUI Kabupaten, Kota se-Jawa Barat di Gedung Sate, Bandung, Selasa 21 Januari 2020.

Diakui Uu, program AMS di 2020 mengalami keterlambatan teknis yakni persiapan program yang dinilainya belum begitu matang. Sehingga yang seharusnya AMS bisa diterapkan di Januari justru di Februari 2020.

“Iya, mundur 1 bulan karena persiapannya yang harus matang, biar tak asal-asalan. Jadi, sedikit mundur. Tadinya, ada permasalahan di guru atau ajengan yang akan mengajar di sekolahnya dan sistem. Tapi, semuanya sudah terselesaikan, “ jelas Uu.

Untuk AMS di 2020 ini terang Uu, ditargetkan 300 Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN). Kedepannya, pasti akan lebih banyak sekolah negeri yang bakal disasar. Bagaimana untuk SMA Swasta? Di 2020 Pemerintah Provinsi Jawa Barat tidak mewajibkan, tetapi apabila pihak sekolah menginginkan AMS ini diterapkan, pemerintah daerah sangat menyambut baik. “Buat 2020, 300 SMAN dulu. Ini akan menjadi pilot project. Swasta yang mau ikut silahkan,” terang dia.

Ajengan yang akan mengajar di program AMS ini kata Uu, nantinya tidak hanya mengajarkan baca Al-Quran, tetapi termasuk pendidikan moral-nya, budi pekerti termasuk dengan muatan pemahaman anti radikalisme dan penangkalan pemahaman anti pemerintah (anarko) dan sebagainya. Misalkan, mengajarkan baca Al-quran karena ternyata rerata anak SMA tidak bisa dan tidak lancar membaca Al-quran.

“AMS nanti tidak hanya fokus pada satu hal tetapi semua akan dimasukan sesuai dengan apa yang menjadi kebutuhan dan tujuan dari digagasnya program AMS ini,” kata dia. 

Adapun untuk ajengan yang bakal mengajar pada program AMS ini tambah Uu, penyaringannya diserahkan kepada Majelis Ulama Indonesia. Maka dari itu, dalam rapat koordinasi tadi, ia tak mengundang organisasi masyarakat.

“Yang jelas, jangan lihat ijazah-nya, tetapi yang terpenting kemampuannya, keilmuannya dan metode penyampaiannya, dan terpenting AMS ini jangan sampai mengganggu kurikulum nasional,” tambah dia.

Ajengan yang akan dipilih untuk AMS ini nantinya akan diberikan uang kadeudeuh atau biasa disebut basaroh. Kenapa kadeudeuh bukan honor atau gaji? Karena kalau honor dan gaji harus sesuai UMR. Maka dari itu, diberikan kadeudeuh atau biasa disebut basaroh.

“Kalau gaji atau honor harus besar, jadi kita berikan kadeudeuh atau biasa disebut basaroh saja disesuaikan dengan kemampuan kita. Untuk nominalnya silahkan cek OPD-nya,”ujarnya. []

Berita terkait
Tutup Buku 2019, LIPI: Radikalisme Bukan Persoalan
Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro mengatakan permasalahan Indonesia bukan radikalisme. Melainkan ketimpangan sosial.
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.