Amerika Serikat Siapkan Opsi Lacak Varian Baru Covid-19

Pakar keesehatan prediksi akan muncul berbarengan dengan laporan kasus infeksi virus corona yang melonjak drastis di China
Pelancong pakai masker antre di konter check-in penerbangan internasional di Bandara Internasional Ibu Kota Beijing, China, 29 Desember 2022. (Foto: voaindonesia.com/AP)

TAGAR.id - Saat kasus infeksi Covid-19 kembali melonjak di China, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC - Centers for Disease Control and Prevention) Amerika Serikat (AS) pertimbangkan pengambilan sampel air limbah dari pesawat terbang rute internasional untuk melacak kemungkinan varian baru Covid-19.

Kemungkinan ini diprediski oleh para pakar keesehatan akan muncul berbarengan dengan laporan kasus infeksi virus corona yang melonjak drastis di China.

"Analisis air limbah pesawat adalah salah satu di antara beberapa opsi yang sedang dipertimbangkan CDC untuk membantu memperlambat penyebaran varian baru ke AS dari negara lain," kata juru bicara CDC, Kristen Nordlund.

Badan tersebut bergulat dengan kurangnya transparansi tentang Covid-19 di China setelah negara berpenduduk 1,4 miliar itu tiba-tiba mencabut kebijakan nol COVID yang ketat. China juga akan mencabut persyaratan karantina untuk pendatang dari luar negeri mulai tanggal 8 Januari 2023.

"Pengawasan air limbah Covid-19 sebelumnya telah terbukti menjadi alat yang berharga dan pengawasan air limbah pesawat berpotensi menjadi pilihan,” seperti tertulis di laporan CDC.

Kantor Pusat cdcKantor Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS di Atlanta, Georgia 30 September 2014 (Foto: voaindonesia.com - REUTERS/Tami Chappell/File Photo)

Solusi lebih baik dibanding pembatasan perjalanan

"Kebijakan seperti itu diyakini akan menawarkan solusi yang lebih baik, dibanding aturan pembatasan perjalanan baru yang mewajibkan tes Covid-19 negatif untuk pelancong dari China", demikian pernyataan para ahli kesehatan kepada Kantor Berita Reuters.

"Pembatasan perjalanan, sejauh ini terbukti gagal untuk mengekang penyebaran Covid-19 secara signifikan," kata Dr Michael Osterholm, pakar penyakit menular di University of Minnesota, AS.

"Kebijakan ini tampaknya penting dari sudut pandang politik. Saya pikir setiap pemerintah akan merasa mereka dituduh tidak berbuat cukup untuk melindungi warganya jika mereka tidak melakukan kebijakan tersebut," tambahnya.

Pada pekan ini, AS memperluas program pengurutan genom sukarela di bandara, menambahkan Seattle dan Los Angeles ke dalam program tersebut. Langkah itu membuat jumlah total bandara yang mengumpulkan informasi dari tes positif menjadi tujuh lokasi. Namun, para ahli mengatakan tindakan itu mungkin tidak bisa memberikan ukuran sampel yang berarti.

"Solusi yang lebih baik adalah menguji air limbah dari maskapai penerbangan, yang akan memberikan gambaran yang lebih jelas tentang bagaimana virus bermutasi, mengingat kurangnya transparansi data di China," kata Dr Eric Topol, pakar genomik dan Direktur Scripps Research Translational Institute di La Jolla, California, AS.

"Mendapatkan data air limbah pesawat yang terbang dari China, akan menjadi taktik yang sangat bagus", kata Topol, seraya menambahkan bahwa penting bagi AS untuk meningkatkan pengawasannya "karena China sangat tidak mau membagikan data genomiknya".

antre tes corona di cekoAntre menunggu tes Covid-19 di Praha (Foto: dw.com/id).

Tes Covid-19 bukan jaminan tidak ada penyebaran varian baru

Peneliti Prancis Juli lalu melaporkan, tes Covid-19 negatif yang diwajibkan sebelum penerbangan internasional, tidak melindungi negara tujuan dari penyebaran varian baru. Mereka menemukan varian Omicron dalam air limbah dari dua pesawat komersial yang terbang dari Etiopia ke Prancis pada Desember 2021, meskipun penumpang telah diminta untuk menjalani tes Covid-19 sebelum naik.

Peneliti California pada pertengahan 2022 juga melaporkan, pengambilan sampel air limbah komunitas di San Diego mendeteksi keberadaan varian Alpha, Delta, Epsilon, dan Omicron hingga 14 hari sebelum mereka menjalani tes corona.

Pakar penyakit menular Osterholm dan yang lainnya mengatakan, pengujian wajib sebelum melakukan perjalanan ke AS, tidak mencegah varian baru menyebar dari negara asal tempatnya bermutasi. "Penutupan perbatasan atau pengujian wajib di perbatasan sejatinya hanya membuat perbedaan yang sangat kecil. Mungkin memperlambatnya beberapa hari," kata Osterhom. "Karena virus kemungkinan besar akan menyebar ke seluruh dunia dan dapat menginfeksi orang di Eropa atau di tempat lain yang kemudian dapat membawanya ke negara lain," paparnya lebih lanjut.

David Dowdy, seorang ahli epidemiologi penyakit menular di Sekolah Kesehatan Masyarakat Johns Hopkins Bloomberg, mengatakan, peningkatan pengawasan genom itu penting dan pengambilan sampel air limbah dapat membantu, tetapi pengujian membutuhkan waktu.

"Saya pikir kita harus berhati-hati dalam seberapa banyak kita berharap data tersebut akan dapat benar-benar menginformasikan kemampuan kita untuk merespons penyebaran varian baru," katanya. [ha/as (Reuters)]/dw.com/id. []

Berita terkait
Lonjakan Kasus Covid di China Bisa Tingkatkan Risiko Varian Baru
Lonjakan kasus Covid-19 di China dapat menciptakan potensi tempat berkembang biaknya varian baru virus corona