Jakarta - Produser rumah produksi Falcon Pictures, Frederica, mengungkapkan alasan terpilihnya nama Hanung Bramantyo sebagai sutradara yang dipercaya untuk menggarap film Miracle in Cell No. 7 versi Indonesia.
Dalam sebuah sesi konferensi pers virtual, Frederica mengatakan pihaknya mempercayakan pengarapan adaptasi dari film asal Korea Selatan itu kepada Hanung Bramantyo lantaran sang sutradara memiliki rekam jejak kerjasama yang memuaskan.
Selain itu, ia menilai bahwa suami dari aktris Zaskia Adya Mecca itu terbilang cocok menyutradari film dengan genre drama.
"Turki, India dan Filipina juga sudah membuat remake, ini memang IP yang bagus. Kami sudah beberapa kali bikin proyek bersama mas Hanung, chemistry-nya memang cocok. Hanung juga sutradara yang kuat untuk (film) drama," kata Frederica dalam jumpa pers virtual pada Senin, 11 Mei 2020.
Foto adegan dalam film Miracle in Cell No. 7 versi Indonesia. (Foto: Instagram/falconpictures_)
Meski telah bekerjasama dengan Falcon Pictures dalam sejumlah proyek film termasuk Benyamin Biang Kerok dan Bumi Manusia, Hanung Bramantyo mengatakan bukan hal mudah mengadaptasi film Miracle in Cell No. 7 ke dalam versi Indonesia.
Pasalnya, Hanung mengaku harus berhadapan dengan ekspektasi penonton yang telah menyaksikan versi aslinya. Sutradara berusia 44 tahun itu bahkan meyakini bakal menghadapi banyak komentar yang membanding-bandingkan film versi Indonesia dengan Korea Selatan.
"Banyak orang sudah menonton, tahu ceritanya seperti apa, cast-nya seperti apa, sekarang kami dituntut untuk berbeda tetapi tidak keluar jalur. Ini berat banget," kata dia.
Hanung mengatakan, ia telah melakukan banyak penyesuaian dalam penggarapan film tersebut, mulai perkara perbedaan iklim menjadi titik kunci penyelesaian masalah, hingga persoalan budaya.
Salah satunya adalah dihadirkannya suasana pemukiman padat di samping jalur rel kereta api, sebagai latar belakang kehidupan sosok Dodo Rojak yang merupakan tokoh utama dalam cerita.
Hanung juga menilai, film Miracle in Cell No. 7 versi Korea Selatan yang bergenre komedi, memiliki banyak daya tarik termasuk kemampuan dalam mengaduk emosi penonton. "Ada banyak unsur, enggak cuma drama keluarga, ada unsur anak, komedi juga sedih," kata dia.
Foto adegan dalam film Miracle in Cell No. 7 versi Indonesia. (Foto: Instagram/falconpictures_)
Dalam film Miracle In Cell No.7 versi Korea Selatan, kisah bercerita tentang pria difabel bernama Lee Yong-gu yang dipenjara karena dituduh membunuh. Dia berkawan baik dengan teman-teman satu sel yang membantu menyelundupkan putrinya ke penjara untuk bertemu dengan sang ayah.
Sementara dalam versi Indonesia, plot cerita memiliki beberapa kesamaan, yakni Vino berperan sebagai Dodo Rojak, seorang tukang balon dengan disabilitas intelektual yang dituduh melakukan kejahatan dan dijebloskan ke dalam penjara.
Baca juga: Vino G Bastian Jadi Dodo di Film Miracle In Cell No.7
Selain Vino G Bastian, film Miracle In Cell No.7 versi Indonesia juga dibintangi oleh Bryan Domani, Mawar De Jongh, aktris cilik Graciella Abigail, Indro Warkop, Tora Sudiro, Deni Sumargo, Rigen dan Indra Jegel. []