Alasan Gula Pasir Langka di Pasaran Saat Corona

Berikut beberapa penyebab gula pasir langka di pasaran saat pandemi Corona.
Ilustrasi gula tebu. (Foto: pixabay)

Yogyakarta - Saat bulan Ramadan stok gula pasir di pasaran mulai sulit didapatkan. Ada dua faktor yang membuat terjadinya kelangkaan gula pasir di pasaran.

Pakar Ekonomi Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Profesor Masyhuri mengatakan, kelangkaan gula pasir disebabkan tingginya permintaan jelang hari raya Lebaran dan kepanikan masyarakat akibat pandemi Covid-19.

“Kelangkaan disebabkan karena persediaan hampir habis menjelang musim giling. Permintaan tinggi selama bulan puasa dan menjelang hari raya, panic buying karena Covid-19 dan pedagang spekulan yang menyimpan,” ujarnya, Rabu, 6 Mei 2020.

Bulan Mei, katanya, merupakan awal musim giling sehingga gula diperkirakan akan tersedia di pasar pada Juli mendatang. Stok yang masih ada diborong masyarakat untuk persediaan Ramadan dan Lebaran.

"Karena masyarakat kan konsumsi gulanya tinggi di bulan-bulan itu. Lebih-lebih ditambah pandemi yang tidak tahu kapan berakhir, ini akan menambah jumlah yang harus disimpan,” katanya.

Ia mengungkapkan, kelangkaan ini tidak serta merta bisa dilihat sebagai indikasi krisis pangan yang akan melanda Indonesia. Kondisi ini, menurutnya, tidak akan mengarah pada krisis pangan jika pandemi Covid-19 dapat berakhir dalam waktu dekat.

Sebaliknya, potensi krisis muncul jika pandemi ini berkepanjangan. “Bila pandemi ini panjang, produksi berkurang karena input yang digunakan berkurang. Produksi input seperti pupuk dan pestisida juga akan berkurang,” ucapnya.

Menghadapi persoalan ini, pemerintah perlu meningkatkan kemandirian pangan. Saat ini hampir semua sektor pangan utama Indonesia masih mengalami defisit, seperti gandum, gula, kedelai, jagung, bawang putih, bawang bombai, cabai, telur, dan daging.

Bila pandemi ini panjang, produksi berkurang karena input yang digunakan berkurang.

Untuk itu, Indonesia perlu meningkatkan produksi pangan dalam negeri serta membangkitkan kembali target pencetakan sawah yang selama ini masih mengalami kegagalan, di samping mendorong adanya lumbung pangan di daerah.

“Gudang Bulog sangat tidak cukup untuk cadangan pangan. Oleh karena itu, pemerintah harus mendorong adanya lumbung pangan mulai dari RT/RW, pedukuhan, kelurahan, dan seterusnya,” katanya.

Selain itu, masyarakat juga perlu diberikan sosialisasi mengenai program pemerintah yang menjamin tersedianya bahan kebutuhan pokok tersebut. Pemerintah harus bisa menyakinkan masyarakat, dan keberadaan lumbung pangan menurutnya akan membantu memberikan keyakinan tersebut.

Terpisah, Sekretaris Daerah (Sekda) DIY, Kadarmanta Baskara Aji mengaku stok gula pasir di Yogyakarta saat ini menipis. Hal tersebut berdasarkan laporan Bulog.

Ia berharap petani gula bisa segera panen sehingga kebutuhan gula bisa tercukupi. "Mudah-mudahan segera panen, pabrik gula juga tidak memproduksi karena belum tersedia," ujarnya. []

Berita terkait
Pemkot Yogyakarta Operasi Pasar Gula Pasir 1,5 Ton
Pemkot Yogyakarta siap menggelar operasi pasar gula pasir 1,5 ton di 45 kelurahan untuk menekan harga yang melambung.
Harga Gula Pasir Melampaui HET di Bantul
Haga gula pasir di Bantul, Yogyakarta melebihi HET Rp 12.500 per Kg. Di pasaran harganya mencapai Rp 18.00 per Kg.
Pasokan Medan Jalan, Harga Gula Pasir di Aceh Turun
Harga gula pasir di Kabupaten Bireuen, Aceh mengalami penurunan sejak sepekan terakhir.
0
Aung San Suu Kyi Dipindahkan ke Penjara di Naypyitaw
Kasus pengadilan Suu Kyi yang sedang berlangsung akan dilakukan di sebuah fasilitas baru yang dibangun di kompleks penjara