Jakarta - Sekitar jam 2:30 sore waktu setempat, beberapa polisi mendatangi rumah Safoora Zargar di Delhi tenggara, India. Saat itu, mahasiswa sosiologi berusia 27 tahun di universitas bergengsi, Jamia Milia Islamia tengah tidur siang.
Suami Zargar segera membuka pintu ketika mendengar suara ketukan. Zargar dan suaminya menikah 19 bulan lalu. Suami Zargar yang tidak mau disebutkan namanya itu mengatakan kepada BBC bahwa istrinya baru saja hamil. "Zargar baru tahu kalau dia hamil setelah seminggu lalu periksa kedokter karena merasa mual dan muntah-muntah," ucap pria itu.
Baca Juga: Lockdown di India, Pekerja Migran Mulai Putus Asa
Zargar yang tengah hamil muda itu berada di dalam lapas Tihar di New Delhi yang penuh sesak, pada saat India menetapkan penguncian (lockdown) yang ketat
Para petugas mengatakan kepada pasangan suami istri itu bahwa mereka merupakan pasukan anti teror dari Kepolisian New Delhi. Mereka membawa surat tugas untuk membawa Zargar dan suaminya ke kantor polisi. Pihak kepolisian akan mengajukan beberapa pertanyaan terkait keterlibatan Zargar dan suami dalam unjuk rasa beberapa waktu lalu menentang Undang-Undang Kewarganegaraan yang menurut para kritikus diskriminatif terhadap muslim.
Di kantor polisi, Zargar yang merupakan aktivis dan juga tercatat sebagai mahasiswi muslim diinterogasi selama beberapa jam, dan tepat pukul 22:30 malam, Juma 10 April 2020 ia dijebloskan ke jeruji besi.
Kerusuhan agama melanda bagian utara-timur Delhi pada bulan Februari, bermula dari aksi demo menentang Undang-Undang Amandemen Kewarganegaraan (CAA) yang dinilai disriminatif terhadap muslim. (Foto: Getty Images|BBC News).
Suaminya tidak ikut ditangkap karena tak terbukti terlibat dalam aksi demo. Zargar yang tengah hamil muda itu berada di dalam lapas Tihar di New Delhi yang penuh sesak, pada saat India menetapkan penguncian (lockdown) yang ketat untuk menekan penyebaran virus corona Covid-19.
Zargar merupakan satu di antara sejumlah mahasiswa Muslim dan aktivis yang telah dipenjara sejak India memberlakukan lockdown pada 25 Maret.
Seorang penasihat pemerintah mengatakan wanita hamil sangat rentan terinfeksi virus Covid-19. Zargar didakwa di bawah Undang-Undang Pencegahan Aktivitas Melanggar Hukum (UAPA) - hukum tirani yang membuat hampir tidak mungkin bagi terdakwa untuk mendapatkan jaminan.
Sejak penangkapannya, ia hanya diizinkan berkomunikasi dengan suami dan pengacaranya sebanyak dua kali selama masing-masing lima menit. Adanya pembatasan Covid-19 membuat Zagar tidak bisa dikunjungi dan juga tidak boleh menerima surat.
Zargar merupakan satu di antara sejumlah mahasiswa Muslim dan aktivis yang telah dipenjara sejak India memberlakukan lockdown pada 25 Maret. Kalangan aktivis menuduh pemerintah berlindung di balik pandemi Covid-19 untuk menindak kebebasan berbicara dan perbedaan pendapat.

Sebagai anggota Komite Koordinasi Jamia (JCC), sebuah kelompok mahasiswa, Zargar aktif mengorganisir aksi damai menentang pemberlakuan Undang-Undang Amandemen Kewarganegaraan (CAA) di utara-timur Delhi. Adik perempuannya, Sameeya, menggambarkan sosok Zargar sebagai wanita yang sangat berani, jujur, dan sangat keras kepala.
Polisi menuduh Zargar sebagai otak dibalik penolakan UU CAA pada Februari lalu yang berakhir ricuh. Aksi unjuk rasa itu menyebabkan 53 orang tewas dan sebagian besar muslim.
Sameeya menampik kakaknya sebagai dalang kerusuhan. Menurutnya, Zargar bukan penjahat, ia hanya seorang mahasiswa dan aktivis yang hanya menggunakan hak demokrasinya. "Kakak saya selalu di luar sana menyuarakan kebebasan demokrasi," tutur Sameeya.
Baca Juga: Kondisi Memburuk, India Malah Perpanjang Lockdown
Namun polisi India mengklaim menjalankan tugas berdasarkan undang-undang yang berlaku, dan tidak memihak siapa pun. "Semua penangkapan yang dilakukan didasarkan pada analisa bukti ilmiah dan forensik," tutur polisi. []