Aksi Solidaritas Kecam Aksi Teror Pegiat Lingkungan

Unjuk rasa yang dilakukan salah satu upaya penegakan hukum, dan jaminan perlindungan terhadap pegiat lingkungan hidup.
Aksi unjuk rasa WaLHi NTB di depan Kantor Gubernur Nusa Tenggara Barat. (Foto: Tagar/Harianto Nukman)

Mataram, (7/1/2019) - Warga melakukan aksi solidaritas unjuk rasa, menuntut pelaku teror pembakaran rumah, dan dugaan perencanaan pembunuhan pegiat lingkungan di Nusa Tenggara Barat (NTB) segera diungkap.

"Pembakaran rumah Eksekutif Daerah (ED) WaLHi NTB dalam hal ini adalah pak Murdani. Itu dugaan kuat kami merupakan salah satu akumulasi dari bisa saja dari pihak-pihak yang ingin, yang merasa bahwa usaha-usaha mereka untuk melakukan pertambangan di wilayah Desa Menemeng, Bilebante, Kecamatan Pringgarata ini terhalangi," ucap tim kuasa hukum ED WaLHi NTB, Amri Nuryadin kepada Tagar News, Rabu (6/2).

Aksi demonstrasi warga berjumlah sekitar 200 orang, tergabung dalam Aliansi Advokasi Pejuang Lingkungan Hidup. Massa melakukan orasi di depan Kantor Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB).

Sebelumnya, warga Desa Menemeng dan Desa Bilebante, Kecamatan Pringgarata, Lombok Tengah bersama 17 lembaga, sempat berunjuk rasa di depan Kantor DPRD Provinsi NTB di Jalan Udayana Mataram.

Massa aksi meminta dukungan legislatif dan pemerintah daerah, agar pihak kepolisian mau berkomitmen mengungkap tuntas dugaan ancaman percobaan pembunuhan, terhadap pegiat lingkungan dan HAM di NTB.

Pihak WaLHi mengapresiasi kerja kepolisian, yang telah menurunkan tim Puslabfor Polri dari Denpasar Bali, untuk melakukan penyelidikan terhadap kasus pembakaran rumah Murdani. Kendati demikian, kepolisian diharapkan dapat bekerja cepat menemukan dan mengadili pelaku.

"Kita berharap masa waktu penyelidikan bisa terpenuhi dalam 14 hari. Termasuk menemukan pelaku. Jadi tidak hanya menyelidiki saja, tapi juga menangkap dan mengadili," ujar Amri.

Harapan sama disampaikan Murdani, ia menuntut agar pelaku kasus pembakaran rumahnya bisa diungkap dan diadili.

"Pembakaran dan perencanaan pembunuhan yang dilakukan oleh orang yang tidak bertanggung jawab, yang diduga adalah penambang. Sampai dengan hari ini belum ditangkap pelakunya. Harapannya itu bisa segera ditangkap, karena kalau pelakunya tidak ditangkap, maka ada kemungkinan mereka bebas berkeliaran dan melakukan hal yang sama terhadap warga-warga yang lain," jelas Murdani.

Murdani menyatakan, unjuk rasa yang dilakukan warga adalah upaya penegakan hukum, dan jaminan perlindungan terhadap pegiat lingkungan hidup.

"Sampai dengan hari ini belum ada informasi, sudah hampir 10 hari. Memang kami dapat informasi ada pemeriksaan saksi-saksi, tapi sampai dengan hari ini belum ada orang yang ditetapkan sebagai tersangka," ungkapnya.

Upaya warga untuk berdialog dengan Gubernur NTB, Zulkieflimansyah tidak membuahkan hasil. Sekitar 1 jam berorasi, pihak pemerintah daerah yang diwakili Kadis KLHK NTB, Madani W kemudian menemui massa. Usai berdialog, massa pun membubarkan diri.

Aksi Teror

Kejadian teror itu bermula pada Senin (28/1) yang lalu, sekitar pukul 03.00 WITA. Murdani menuturkan, dia dan istrinya yang tengah tertidur lelap di lantai dua rumahnya, tiba-tiba terbangun melihat adanya kobaran api dari halaman dan garasi rumah.

Kobaran api terlihat di pintu depan dan pintu dapur, sehingga menghalangi Murdani untuk keluar rumahnya dari pintu utama. Pegiat lingkungan itu sambil menggendong anaknya, Nandini (4 thn), hendak menyelamatkan diri dengan keluar dari pintu kios.

Ketika hendak menyelamatkan anak pertamanya beserta istrinya, kobaran api sudah mulai masuk ke dalam rumah. Murdani akhirnya lari ke luar rumah, dan berteriak meminta istri dan anak pertamanya keluar melalui atap depan rumah. 

Mendengar teriakan istri Murdani meminta tolong, sekitar pukul 03.15 WITA, warga dan tetangga sekitar mulai berdatangan untuk membantu memadamkan api dengan alat seadanya. Api baru bisa dipadamkan sekitar pukul 04.00 Wita. Bersyukur, Murdani dan anggota keluarganya dapat selamat dari sambaran kobaran api.

Murdani mengatakan, terlihat kobaran api yang semakin besar di 4 titik sumber api, pertama di bagian depan mobil Avanza miliknya yang ikut hangus terbakar. Titik kedua ada di depan pintu utama, titik ketiga ada di pintu dapur, dan titik keempat ada di bagian depan mobil truk yang berjarak sekitar 7 meter dari Avanza.

"Sejak tahun 2002 sampai dengan hari ini, 16 tahun saya bersama warga di kampung saya berjuang untuk mempertahankan lingkungan hidup, tetapi perhatian pemerintah sangat minim bahkan tidak ada. Jadi hari ini kami datang juga sebagai bentuk keputusasaan kami," pungkasnya. []

Berita terkait
0
Ketok Palu Tingkat I Tiga RUU DOB Papua Akan Putuskan DPR Siang Hari Ini
Panitia Kerja (Panja) 3 RUU DOB Papua akan kembali menggelar rapat pengambilan keputusan Tingkat I terkait dengan pembagian batas wilayah.