Airlangga Hartarto vs Anies Baswedan di Pilpres 2024

Menyorot Airlangga Hartarto dan Anies Baswedan bila berhadapan dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
Ketum Partai Golkar sekaligus Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto (kiri) dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (kanan) (Foto: Tagar/Facebook Airlangga Hartarto).

Jakarta - Pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Wasisto Raharjo Jati menilai Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto kalah pamor dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan bila dihadapkan dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

Wasisto menganggap saat ini popularitas Anies lebih baik dibandingkan Airlangga. Maka wacana DPD I dan II Partai Golkar menyorong Airlangga maju menjadi calon presiden dalam pesta demokrasi 2024 merupakan langkah yang terlalu terburu-buru.

"Sangat terlalu dini malah justru bisa blunder. Pemerintahan sekarang saja baru berjalan kurang dari tiga bulan, kok sudah tergesa gesa menyongsong pemilu 2024," kata Wasisto kepada Tagar, Jumat 6 Desember 2019.

Menurut dia, Airlangga sepatutnya menunjukan performanya ke publik sebagai menteri koordinator bidang perekonomian ketimbang memperlihatkan kekuasaanya sebagai petinggi partai politik yang digadang-gadang layak maju pencapresan.

"Secara politis, itu tidak etis dan tidak elok karna memperlihatkan syahwat berkuasa yang besar ketimbang melayani rakyat," ujarnya.

Dari kinerjanya sebagai menteri, kata Wasisto, Airlangga dapat mengkatrol popularitas yang dapat berbuah elektabilitas. Kesediannya untuk turun langsung ke publik untuk meraih aspirasi masyarakat di lapangan juga menjadi dasar lain yang dapat memicu ketenaran naik.

Anies sering muncul di depan publik ketimbang Airlangga yang lebih banyak di belakang layar presiden.

Hal itu berkaca kepada langkah Anies di DKI yang sering muncul di depan publik selaku kepala daerah dan juga pemegang eksekusi kebijakan dan anggaran. Blusukan yang dilakukan Anies serta faktor eksternal dengan basis cukup kuat di Jakarta menjadi pemicu lain terkereknya elektabilitas sang gubernur.

Wasisto berpendapat, Airlangga harus keluar dari belakang Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan mampu memperlihatkan kepiawaiannya sebagai menteri menjalankan tugas.

"Hal itu (popularitas tinggi) yang sering membuat Anies sering muncul di depan publik ketimbang Airlangga yang lebih banyak di belakang layar presiden. Dalam konteks ini bukan masalah kinerja, tapi intensitas muncul di depan publik," tambahnya.

Setelah pamor dan elektabilitas terlihat, Wasisto mengatakan mesin-mesin partai menjadi garda terdepan 'menggoda' para pemilih. Panasnya mesin partai ditunjang dari kinerja koalisi pemenangan capres dalam mengontrol logistik politik.

Wasisto kemudian menggambarkan kembali kondisi ketika Rapat Pimpinan Nasional III Partai Golkar pada 2012. Ketika itu, mantan Ketum Golkar Aburizal Bakrie alias Ical pernah didorong menjadi capres Pilpres 2014.

Namun di tengah jalan, Ical yang dihadapkan dengan Jokowi sebagai bakal calon presiden harus mengaku kalah pamor dan elektabilitas dengan si tukang kayu. Jokowi kemudian diusung Golkar, PDI Perjuangan, dan sejumlah partai koalisi menjadi capres 2014. []

Baca juga: 

Berita terkait
Airlangga Hartarto Punya Utang Rp 64 Miliar
Airlangga Hartarto memiliki harta kekayaan yang cukup besar hingga memiliki bangunan di Australia. Namun, dia memiliki utang Rp 64 miliar.
Pernusa: Anies Perusak Tidak Senangi Rakyat Jakarta
Ketua Perjuangan Rakyat Nusantara (Pernusa) KP Norman Hadinegoro sebut Anies Baswedan hanya merusak dan tidak buat senang rakyat Jakarta.
Airlangga Hartarto Sah Ketua Umum Golkar 2019-2024
Airlangga Hartarto resmi ditetapkan sebagai Ketua Umum Partai Golkar periode 2019-2024 dalam Munas di Jakarta, Rabu, 4 Desember 2019.