Air Mata Warnai Peresmian Monumen KM Sinar Bangun

Tak hanya keluarga korban, Bupati Simalungun JR Saragih ikut meneteskan air mata
Salah seorang keluarga korban KM Sinar Bangun menangis di depan monumen KM Sinar Bangun di Tigaras, Kabupaten Simalungun, Kamis 2 Mei 2019. (Foto: Tagar/Fernandho Pasaribu)

Simalungun – Diresmikan sudah monumen Kapal Motor (KM) Sinar Bangun di Nagori Tigaras, Kecamatan Dolok Pardamean, Kabupaten Simalungun, tepatnya di depan dermaga Tigaras, Kamis 2 Mei 2019 sekitar pukul 10.00 WIB.

Replika KM Sinar Bangun diarahkan ke titik lokasi tenggelamnya kapal naas itu. Monumen juga dapat terlihat dari Pulau Samosir. Di monumen tertulis ratusan nama korban tenggelam, kronologis dan tahun di mana tragedi itu terjadi.

Tak hanya keluarga korban histeris dalam peresmian, Bupati Simalungun JR Saragih yang hadir bersama sejumlah pejabat daerah setempat, ikut meneteskan air mata saat memberikan sambutan dan penghiburan.

"Kita lihat sama-sama setelah diresmikan ini, mereka bisa untuk nyekar, bisa mengenang kembali, buka sejarah kembali. Sekarang anak-anak mereka ada yang bertanya, “di mana bapak saya”, “di mana ibu saya". Selama ini hanya dikatakan tenggelam di sana (Danau Toba). Tapi dengan adanya tugu ini, tentu memacu keluarga untuk mendoakan korban-korban ini semua. Sehingga kelak jika anak-anak ini besar mereka bisa tahu, "oh bapak saya tenggelam naik kapal Sinar Bangun, itulah yang membuat saya kehilangan orangtua",” kata JR seusai meresmikan monumen.

JR mengapresiasi dukungan keluarga korban dalam peresmian monumen. "Kami menyambut baik acara ini dan hadir semua. Bahkan ada tadi yang saat tenggelam sama suaminya dia sedang hamil dan sekarang sudah lahir anaknya perempuan. Kami ingin mengabadikan ini agar ini tetap dirawat Pemerintah Kabupaten Simalungun. Mereka hadir di tempat ini dibuat acara setiap lima hari sebelum bulan puasa. Nanti akan dibuat jadi monumen nyekar," katanya, sembari meneteskan air mata.

Karena kalau nyekar di danau itu tidak baik dilihat orang, jika menabur bunga juga membuat seperti ada sesuatu ketakutan, kerawanan. Ketakutan nanti orang berwisata ke sini

Monumen terbuka untuk umum dan tak dikenakan biaya apa pun jika hendak berkunjung. Di sana disediakan juga fasilitas untuk keluarga korban yang bermaksud menyekar dengan ajaran agama masing-masing.

"Tadi sudah saya katakan kepada keluarga, siapa pun mau nyekar ke sini boleh. Ada tempatnya di situ, dia mau nginap di situ boleh tapi apa adanya, dia bawa tikar, buat acara secara Kristen, Muslim, Katolik dll boleh. Jadi semua kita sudah buat fasilitasnya. Terbuka untuk umum dan gratis," jelasnya.

JR menyarankan para keluarga korban tak menyekar ke Danau Toba, menghindari pandangan-pandangan buruk para pengunjung Danau Toba.

"Dengan harapan kami, keluarga-keluarga yang nyekar di danau itu. Karena kalau nyekar di danau itu tidak baik dilihat orang, jika menabur bunga juga membuat seperti ada sesuatu ketakutan, kerawanan. Ketakutan nanti orang berwisata ke sini. Tapi kalau di sini (monumen) silakan dia mau ngapain," tuturnya.

Perlu diketahui, KM Sinar Bangun tenggelam di Danau Toba pada 18 Juni 2018. Memakan korban hilang sebanyak 161 orang, ditemukan meninggal 3 orang dan selamat 21 orang. []


Baca juga:

Berita terkait
0
Tinjau Lapak Hewan Kurban, Pj Gubernur Banten: Hewan Kurban yang Dijual Dipastikan Sehat
Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar meninjau secara langsung lapak penjualan hewan kurban milik warga di Kawasan Puspiptek.