Jakarta - Pengamat Ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Abra El Talattof, menilai pernyataan yang dilontarkan Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok soal aib di Pertamina, telah menjadi preseden buruk bagi pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Pasalnya, kata Abra, pernyataan Ahok mengenai adanya oknum direksi Pertamina yang melakukan lobi kepada menteri, disebutkan tanpa menjelaskan dari kementerian mana sosok yang dia maksud. Hal itu juga dianggap bakal menggelindingkan isu yang kontraproduktif.
"Saya kira Ahok akan jauh lebih produktif jika menyampaikan permasalahan yang ia temukan di Pertamina melalui forum internal yang formal," kata Abra kepada Tagar, Selasa malam, 15 September 2020.
"Karena yang dia sebutkan soal lobi-lobi itu, seolah membuka aib bahwa kinerja pemerintah buruk, ada oknum menteri yang rentan untuk dilobi, dan saya juga enggak tau konteksnya menteri apa," ujar dia.
Abra mengatakan, Ahok seyogyanya tidak membuka permasalahan yang ia temui di Pertamina secara terbuka kepada publik. Sebagai seorang pegawai yang mengabdi kepada pemerintah, ia seharusnya menjaga citra dari perusahaan yang dipimpinnya.
Lebih lanjut, Abra menilai pernyataan yang dilontarkan Ahok soal hutang Pertamina sebesar US$ 16 miliar justru seolah menampar muka pemerintahan Jokowi lantaran tidak disertai perbandingan dari intitusi maupun Badan Usaha Milik Negara yang lain.
"Ini preseden buruk karena dia justru merusak citra perusahaan yang harusnya dia jaga baik-baik. Soal hutang misalnya, Pertamina itu perusahaan yang menangani bisnis besar, tentu tidak hanya membutuhkan modal dari pemerintah, tapi juga dari investor lain," kata Abra.
"Harusnya Ahok membandingkan dulu dengan institusi lain atau BUMN lain, apakah masih dalam batas wajar atau tidak hutang Pertamina yang US$ 16 miliar," ujar dia.
Diberitakan sebelumnya, Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Basuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok mengungkapkan kebiasaan Pertamina selalu mencari pinjaman yang dilakukan tidak hanya sekali. Menurutnya Pertamina sudah memiliki utang US$ 16 miliar.
Utang itu, kata dia, untuk mengakuisisi ladang minyak di luar negeri. Padahal, Ahok memandang lebih baik melakukan eksplorasi di dalam negeri karena di Indonesia masih ada 12 cekungan yang berpotensi menghasilkan minyak dan gas di dalamnya.
"Pinjam duit sudah ngutang US$ 16 miliar, tiap kali otaknya minjam duit terus nih saya sudah kesal ini. Minjam duit terus, mau akuisisi terus," kata Ahok, dikutip Tagar dari video yang diunggah di saluran YouTube POIN, Selasa, 15 September 2020.
- Baca juga: Ahok Bongkar Aib Pertamina, Pengamat: Kontraproduktif
- Baca juga: Ahok Ungkap Kecurangan di Tubuh Pertamina
"Saya bilang tidak berpikir untuk eksplorasi, kita masih punya 12 cekungan yang berpotensi punya minyak, punya gas. Ngapain di luar negeri? Ini jangan-jangan ada komisi ini, beli-beli minyak ini," ujar Ahok dalam video tersebut. []