Jakarta - Komisaris Utama PT Pertamina Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok mengkritisi isu kenaikan tunjangan atau gaji bagi anggota DPRD DKI Jakarta di tengah pandemi Covid-19. Di dalam video, ia mengungkapkan ada partai politik yang memfitnah istri dan pernikahannya.
Sebagai mantan orang nomor satu di DKI ia mengaku tidak bisa memaksa para anggota dewan di Ibu Kota menerima penurunan gaji di tengah pandemi. Akan tetapi ia juga bakal menjegal apabila ada kenaikan, terutama di fasilitas tunjangan mobil dan rumah.
Bukan model partai yang jual-jual nama saya untuk dapatin suara saya, sampai memfitnah, sampai istri pun bisa difitnah, sampai pernikahan urusan pribadi pun diserang.
"Kalau saya masih gubernur kemarin, jangan mimpi dapat tunjangan rumah Rp 60 juta dan mobil Rp 21,5 juta. Mau berantem satu partai juga gua lawan. Nah ini mesti jelas makannya," kata Ahok dalam kanal YouTube Panggil Saya BTP dikutip Tagar di Jakarta, Senin, 7 Desember 2020.
Baca juga: Denny Siregar: Lucunya Ima Mahdiah yang Disebut Bersih oleh Ahok
Lantas Ahok menepis anggapan setelah masuk PDI Perjuangan (PDIP) ia bergeming dengan situasi terbaru di DPRD DKI Jakarta. Dia mengaku tahu betul partai mana saja yang hendak memanfaatkan suaranya secara poistif ataupun negatif.
Dia melanjutkan, ada partai politik di DPRD DKI yang mengajaknya melakukan pembaharuan, perubahan reformasi besar-besaran di tubuh partai. Di sisi bersamaan, terdapat juga pihak-pihak yang hanya memanfaatkan namanya hanya demi menjaring suara.
"Nah, dari mana saya bisa membedakan mereka? Gampang, begitu saya beda pendapat dengan partai tersebut atau saya tidak jadi masuk partai tersebut, langsung segala sosial media partai itu atau anggotanya itu menyerang saya, menghabiskan karakter saya, langsung menyerang. Partai ini adalah partai yang hanya manfaatin saya buat dapat suara," kata suami Puput Nastiti Devi itu.
Baca juga: Cerita Ahok Berselisih Paham dengan Megawati Soekarnoputri
Selanjutnya Ahok mengulas sedikit situasi internal di PDIP, di mana ia juga sempat berselisih pendapat dengan Ketua Umum-nya Megawati Soekarnoputri. Dialog di antara mereka berdua setiap bulan biasanya berlangsung antara 2-3 jam.
"Saya bisa beda pendapat dengan beliau (Megawati). Beliau tidak pernah menyerang atau menghabisi saya. Makanya saya tahu ibu Mega ingin saya menjadi model showcase di PDIP," ujarnya.
"Bukan model partai yang jual-jual nama saya untuk dapatin suara saya, sampai memfitnah, sampai istri pun bisa difitnah, sampai pernikahan urusan pribadi pun diserang. Tapi saya tahu ini jenis partai seperti ini hanya memanfaatkan saya. Makannya saya bilang harus tahu membedakan," ucapnya menambahkan.
Untuk itu Ahok meminta Ima Mahdiah sebagai perwakilan PDIP di DKI Jakarta, ke depan bisa menyuarakan suaranya yang tidak lagi bisa dikeluarkan di gedung Balai Kota. Sebab, saat ini ia sudah ditugaskan mengurusi Pertamina.
"Saya sudah enggak bisa lagi sama sekali di DKI. Dari fraksi pengurus partai di DKI segala macam saya tidak mengurus jadi pengurus, karena saya ditugaskan untuk membereskan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)," kata Ahok. []