Afghanistan Akan Hadapi Krisis Pangan yang Parah

Afghanistan hadapi kekurangan pangan yang parah karena kemarau, pandemi Covid-19, dan sanksi-sanksi ekonomi
Ketahanan pangan di Afghanistan terancam karena kemarau, Covid-19 dan sejumlah sanksi sosial (Foto: voaindonesia.com - Courtesy/WFP)

Jakarta – Afghanistan menghadapi kekurangan pangan yang parah karena kemarau, pandemi Covid-19, dan sanksi-sanksi ekonomi menghantam negara itu pada saat bersamaan.

Meskipun merupakan negara agraris, Afghanistan tidak pernah mampu menghasilkan cukup pangan bagi rakyatnya. Kurangnya curah hujan tahun ini telah memperburuk ketahanan pangan di negara itu, dan memaksanya untuk sangat bergantung pada impor.

Tidak hanya itu. Karena kemarau juga mempengaruhi negara-negara tetangganya, Afghanistan terpaksa harus mengalokasikan lebih banyak dana untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokoknya.

“Gandum dan beras diimpor dari negara tetangga seperti Tajikistan, Uzbekistan, Kirgistan, Kazakstan, dan Pakistan. Kami membutuhkan komoditas itu karena Afghanistan belum swasembada,” ujar penjabat Menteri Pertanian Afghanistan, Abdul Rahman Rashed.

warga afghanistan bawa karung bahan panganWarga Afghanistan membawa karung-karung berisi makanan yang dibagikan sebagai bantuan Program Pangan Dunia (WFP) di Kandahar pada 19 Oktober 2021 (Foto: voaindonesia.com - AFP/Javed Tanveer)

Para petani mengatakan kekeringan tahun ini lebih parah dari tahun-tahun sebelumnya dan sumur-sumur yang mereka gunakan untuk mengairi lahan pertanian semuanya telah mengering.

Qari Nasratullah, seorang petani, mengungkapkan keprihatinannya. "Lima tahun lalu, situasinya bagus karena air mengalir ke bawah gunung. Sekarang, mata air dan sumur sudah mengering," katanya.

Selain itu, kemarau telah mendorong kenaikan harga bahan-bahan pokok. Pandemi Covid-19 juga memperburuk keadaan karena mencegah orang mencari nafkah dan mengganggu arus bebas barang ke negara itu.

“Produk dalam negeri tidak mencukupi. Dan karena komoditasnya merupakan hasil impor, harganya tinggi," ujar Abdul Maroof, seorang penjaga toko pangan.

Mohammad Masoor, seorang warga Kabul ikut mengeluhkan itu. "Perbatasan-perbatasan ditutup sehingga impor dan ekspor tidak diperbolehkan. Sulit bagi orang-orang untuk memenuhi kebutuhan pokok karena kebanyakan dari mereka tidak menerima gaji. Mata uang Afghanistan juga telah kehilangan nilainya," katanya.

anak2 di kabul tunggu makananAnak-anak berkumpul menunggu pembagian bantuan pangan di kamp di Kabul, Afghanistan (Foto: voaindonesia.com/VOA)

Taliban mengatakan kekuatan-kekuatan asing juga berkontribusi terhadap krisis pangan saat ini. Penjabat Menteri Pertanian Afghanistan Abdul Rahman Rashed mengungkapkan: "Alasan lain dari krisis pangan adalah terhambatnya bantuan internasional dan pembekuan aset Afghanistan oleh negara-negara lain."

Kekuatan alam seperti kekeringan berada di luar kendali pemerintah mana pun. Tetapi akses ke bantuan dan dana dapat memungkinkan pemerintah untuk mengimpor lebih banyak makanan, menstabilkan harga-harga komoditas dan menyediakan kebutuhan dasar masyarakat (ab/ka)/Associated Press/voaindonesia.com. []

Afghanistan Mulai Hadapi Kelangkaan Pangan

4 Juta Warga Afghanistan Hadapi Darurat Pangan

Separuh Balita Afghanistan Akan Alami Kekurangan Gizi

10 Juta Anak-anak di Afghanistan Perlu Bantuan Mendesak

Berita terkait
Afghanistan Mulai Hadapi Kelangkaan Pangan
Afghanistan hadapi kelangkaan pangan yang akut seiring terjadinya musim kering, perebakan Covid-19 dan sanksi-sanksi ekonomi secara bersamaan
0
Tinjau Lapak Hewan Kurban, Pj Gubernur Banten: Hewan Kurban yang Dijual Dipastikan Sehat
Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar meninjau secara langsung lapak penjualan hewan kurban milik warga di Kawasan Puspiptek.