Ada Fosil Cacing Purba, Akademisi Gemar ke Gunungkidul

Formasi Sambipitu yang terletak di Kali Ngalang, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul menjadi tempat favorit.
Lokasi fosil cacing purba yang terletak di dasar Sungai Ngalang, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul.(Foto: Tagar/Hidayat)

Gunungkidul - Formasi Sambipitu yang terletak di Kali Ngalang, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul menjadi tempat favorit bagi kalangan akademisi. Di kabupaten yang terletak di DIY itu terdapat fosil cacing purba. 

Sebab itu Gunungkidul dijadikan sebagai media pembelajaran tingkat dasar ilmu geologi. Pasalnya fosil cacing purba itu terdapat di dasar salah satu sungai di Gunungkidul. 

Fosil itu merupakan suatu bioturbasi atau jejak dari aktivitas cacing purba. Ukuran lebar cacing antara 5 sampai 7 meter. Sedangkan untuk panjang belum ada perkiraan angka yang pasti.

Kali Ngalang merupakan tempat pembelajaran ilmu geologi tingkat dasar.

Ketua Komunitas Georesearch Indonesia Huri mengatakan perkiraan cacing purba itu hidup di antara 16 juta tahun hingga 32 juta tahun yang lalu. Angka tahun itu diketahui berdasarkan dari metode penelitian dan analisa fosilnya.

Hal itu bisa dilihat dari sedimen batu yang ada di sekitarnya. Dari penelitian tersebut, diketahui bahwa Kali Ngalang tempat keberadaan fosil cacing purba, yang merupakan pantai purba.

"Cacing purba ini hidup di pantai. Jadi di tempat ini dulunya pantai, kalaupun laut itu laut dangkal," kata Huri saat dihubungi Tagar, Sabtu, 3 Agustus 2019.

Cacing tersebut bergerak di bawah permukaan pasir meninggalkan jejak. Kemudian, pasir itu mengalami litifikasi atau pengerasan menjadi batu seperti yang terlihat sekarang ini.

Pria yang akrab disapa Asik ini mengungkap ternyata tak hanya fosil cacing purba saja yang menjadi media pembelajaran tingkat dasar ilmu geologi. Tetapi, di Kali Ngalang ini juga mempunyai struktur batuan yang lengkap.

Ada sedimen bergelombang, paralel laminasi, hingga ada patahan Kali Ngalang untuk mempelajari tentang gempa bumi. Patahan ini pastinya tidak hanya satu atau dua, namun ada banyak.

"Ada beberapa patahan, tapi tidak sebesar patahan Kali Opak. Batuan di Kali Ngalang ada yang mengalami retak dan bergeser. Itu yang disebut patahan," ucapnya.

Patahan ini merupakan zona yang rawan terkena goncangan. Ketika terjadi gempa, patahan ini bisa bergeser menimbulkan getaran.

"Getaran ini bisa memicu roboh (kerusakan bangaunan) dan sebagainya. Tergantung skala kekuatannya," ujarnya.

Kata dia, setiap tahun sekretariatnya yang berada di Dusun Plosodoyong, Desa Ngalang, Kecamatan Gedangsari, selalu menerima siapapun untuk mempelajari Kali Ngalang.

Tak heran, kalangan pelajar dari tingkat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia, turut ingin menambah wawasan mengenai Ilmu Geologi. Bahkan, mahasiswa dari negara-negara tetangga, seperti Malaysia, juga tak mau kalah ingin menambah pengetahuan tentang seluk beluk Kali Ngalang.

"Kali Ngalang merupakan tempat pembelajaran ilmu geologi tingkat dasar," ucapnya.

Sementara, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul Asti Wijayanti menuturkan, Formasi Sambipitu merupakan satu dari 13 Geosite Geopark Gunung Sewu UNESCO yang ada di Gunungkidul. Meski termasuk sebagai warisan geologi tingkat dunia, situs Formasi Sambipitu tidak untuk Geotourism atau destinasi wisata.

"Formasi Sambipitu hanya untuk penelitian saja. Karena kalau dibuka sebagai destinasi wisata, dikhawatirkan akan rusak," kata Asti Wijayanti.

Selain Formasi Sambipitu, 13 Geosite itu yakni, Hutan Wanagama, Gunung Api Purba Nglanggeran, Air Terjun Sri Gethuk, Goa Kalisuci, Goa Jomblang, Goa Pindul, Lembah Karst Mulo. Kemudian, Pantai Baron-Kukup-Krakal, Pantai Siung-Gunung Batur-Wediombo, Hutan Wisata Turunan, Goa Cokro, dan Lembah Kering Sadeng. 

Baca juga:

Berita terkait