Abdullah Amir, Pecatur Parepare 11 Tahun Sakit

Abdullah Amir terbaring di atas kasur kurang lebih 11 tahun, lantaran penyakit menyerang tubuh tidak bisa menggerakkan tubuh bagian bawah.
Atlit Catur Parepare, Abdullah Amir menunjukkan Sertifikat Turnamen Catur saat Meraih Juara 1, Kamis 18 April 2019 (Foto: Tagar/Irsal Masudi)

Parepare - Abdullah Amir (54) mantan pecatur kebanggaan Kota Parepare terbaring di atas kasur kurang lebih 11 tahun, lantaran penyakit menyerang tubuh dan tidak bisa menggerakkan separuh tubuhnya di bagian bawah.

Abdullah dengan bangga memegang Piagam dan sertifikat tanda kemenangannya dalam turnamen catur tingkat Kota Parepare, tahun 2004 silam.

Sertifikat yang ditandatangani oleh Wali Kota Parepare waktu itu, Mohammad Zain Katoe disematkan, setelah Abdullah mengalahkan puluhan rival. Sampai pada akhirnya keluar sebagai juara satu.

Bakatnya mengotak-atik bidak catur digeluti sejak masih remaja, Abdullah rutin mengikuti turnamen catur, baik tingkat Kelurahan maupun tingkat Kabupaten.

"Sejak umur 18 tahun saya sudah rutin mengikuti lomba catur," ujar ayah delapan anak itu kepada Tagar News, Kamis 18 April 2019.

Abdullah mengenang saat kondisi fisik masih bugar, dan otak masih berfungsi dengan baik. Kelihaiannya menyusun strategi, selalu berhasil mengalahkan lawan yang dihadapi.

"Saat menggeluti catur, tiap kali mengikuti lomba pasti ada juara yang saya dapat setidaknya meraih juara dua, tapi seringnya sih juara satu," kenangnya sambil layangkan pandangan menatap dinding rumahnya.

Masa kejayaannya di dunia catur berjalan kurang lebih tiga puluh tahun, Abdullah mengaku pernah mewakili Kota Parepare di ajang catur tingkat Kabupaten seluruh Sulawesi Selatan.

Kini Abdullah terbaring di atas kasur kurang lebih 11 tahun, lantaran penyakit menyerang tubuh dan tidak bisa menggerakkan separuh tubuhnya di bagian bawah.

"Pinggul ke bawah ini tidak bisa gerak, ini saya alami sejak 2007 lalu," kata dia dengan menunjuk bagian pinggulnya.

Sejak dia terserang penyakit, bisa dihitung jari keluar rumah, dan itupun hanya untuk pergi ke rumah sakit periksa kondisi tubuhnya.

"Kalau tidak salah, cuma dua atau tiga kali ke rumah sakit untuk periksa," akunya.

Bukannya tidak mau sembuh, kondisi perekonomian tidak memungkinkan menjalani pengobatan di rumah sakit. Bahkan, sampai saat ini tidak ada kursi roda maupun tongkat, untuk menggantikan fungsi kakinya.

"Jangankan keluar rumah, sekedar ke kamar mandi saja saya harus di gendong sama keluarga," jelasnya.

Dalam perjalanan hidupnya, Abdullah selalu bermimpi untuk memiliki rumah sendiri dengan sertifikat miliknya. Mimpi itu muncul, sejak rumahnya tergusur di Jalan Syamsul Bahri, Kecamatan Ujung, Kota Parepare, Sulawesi Selatan.

Kini Abdullah tinggal bersama istri dan dua orang anak di atas tanah negara, berukuran 5x7 meter persegi di Jalan Bina Lipu, Kecamatan Bacucuki Barat, Parepare. []

Berita terkait
0
Fitur Message Reaction WhatsApp, Kini Sudah Bisa Dicoba di Indonesia
Ya, di dalam fitur WhatsApp Reaction ini ada 6 emoji yang bisa Anda manfaatkan untuk memberikan tanggapan pada sebuah obrolan.