280 Juta Buruh Migran di China Diminta Tak Pulang Kampung

China minta 280 juta pekerja migran tidak pulang kampung merayakan Tahun Baru Imlek tahun ini karena pandemi virus corona yang bergejolak di China
Wisatawan yang memakai masker terlihat tengah menunggu kedatangan kereta di stasiun Beijing (Foto: dw.com/id)

Beijing - Khawatir terjadi peningkatan kasus virus corona (Covid-19), pemerintah China dan sejumlah pabrik menawarkan banyak insentif bagi para buruh (pekerja) agar tidak pulang kampung saat libur tahun baru Imlek, Februari 2021 mendatang. Paling tidak ada 280 juta pekerja migran di China.

Laporan situs independen, worldometer, tanggal 16 Januari 2021 menunjukkan jumlah kasus virus corona di China mencapai 87.988 dengan 4.635 kematian. Jumlah kasus ini menempatkan China di peringkat ke-83 dunia.

Jelang perayaan tahun baru, mayoritas dari 280 juta pekerja migran di China melakukan perjalanan pulang ke kampung halaman untuk bertemu keluarga.

Virus corona yang dapat dengan cepat menyebar selama periode liburan tahun lalu memaksa banyak pekerja terjebak di desa selama berbulan-bulan dan sekembalinya ke kota mereka juga harus menjalani karantina. Akibatnya pabrik-pabrik tidak beroperasi, industri anjlok, dan para pekerja kehilangan pendapatan selama berminggu-minggu.

Pihak perusahaan biasanya memberikan upah lebih kepada mereka yang tetap bekerja selama hari libur, tetapi tahun ini pemerintah daerah dan perusahaan berharap lebih banyak pekerja yang menerima tawaran intensif tersebut.

Sebagian besar Provinsi telah mengeluarkan pemberitahuan yang mendorong pekerja untuk tidak pulang ke kampung halaman, dengan alasan pentingnya pengendalian epidemi serta "menjamin stabilitas rantai industri dan pasokan."

mobil-mobilMobil-mobil dilarang meninggalkan distrik Ang\'angxi, di Qiqihar, di Provinsi Heilongjiang China timur, karena provinsi tersebut menyatakan "keadaan darurat" Covid-19, 12 Januari 2021. (Foto: voaindonesia.com - STR/AFP)

Insentif yang diberikan mencakup pembayaran ekstra, hadiah, hiburan, perjamuan malam tahun baru gratis, hingga tawaran liburan yang berbeda-beda.

1. Permintaan Tenaga Kerja di Sektor Industri

Pemulihan manufaktur China sebagian didorong oleh permintaan dari konsumen di luar negeri hingga melampaui ekspektasi tahun ini, membuat pabrik-pabrik berjuang mengisi kekurangan pekerja.

Sebuah pemberitahuan dari pemerintah Ningbo, sebuah pelabuhan dan pusat industri di Provinsi Zhejiang, mengatakan penghentian produksi selama Tahun Baru Imlek di tengah permintaan luar negeri yang membludak dapat "menyebabkan kerugian besar bagi perusahaan." Meskipun belum diketahui berapa banyak pekerja yang bertahan tahun ini, perencana negara bagian China mengatakan mereka berharap tidak banyak pekerja yang pergi.

Provinsi Jiangxi selatan, daerah dengan sumber utama pekerja migran memperkirakan perjalanan saat libur Imlek sekitar 60% pada 2019.

Salah satu perusahaan bahan kimia di Zhejiang mengatakan kepada media lokal bahwa 85% pekerjanya berencana untuk tetap tinggal di kota tahun ini, lantaran terpikat dengan gaji dua kali lipat per jam dan hadiah tambahan 500 yuan (Rp 1 juta) untuk bekerja penuh waktu selama periode festival.

2. Risiko Infeksi Virus Corona

Peningkatan perjalanan massal saat ini berpotensi meningkatkan risiko infeksi virus corona baru, yang sebagian besar telah mereda di sebagian besar negara. China melaporkan kasus lonjakan harian terbesar dalam lebih dari 10 bulan terakhir pada hari Kamis, 14 Januari 2021, terjadi karena infeksi di provinsi Heilongjiang timur laut yang meningkat hampir tiga kali lipat.

Wang Zhishen, yang bekerja di sebuah pabrik peti kemas di Dongguan, pusat ekspor, mengatakan dia mungkin akan bertahan jika pabriknya tetap buka, meskipun telah membeli tiket kereta untuk pulang ke provinsi Gansu. "Bagaimana jika Anda tidak beruntung dan terinfeksi dalam perjalanan pulang? Nanti seluruh keluargamu bisa sakit,” katanya.

"Jika pabrik tidak akan tutup selama liburan, saya pikir saya hanya akan tinggal di Dongguan. Pulang ke rumah terlalu berisiko.”

potret pekerjaPotret pekerja migran yang memilih pulang ke kampung halamannya sedang menunggu jadwal keberangkatan di stasiun Beijing, 13 Januari 2021 (Foto: dw.com/id)

Bagi beberapa pekerja, terutama mereka yang tidak memiliki majikan yang menawarkan insentif selama liburan, berkumpul kembali dengan keluarga dirasa masih sepadan dengan risikonya.

Pada pekan ini, seorang pekerja migran berusia 64 tahun bermarga Wang, yang bekerja sebagai pekerja konstruksi di ibu kota, bergegas kembali ke desanya di Provinsi Shandong timur sebelum lockdown diberlakukan. "Tidak ada jalan lain. Kita harus kembali sebelum lockdown. Kami punya keluarga di rumah." katanya, setelah tiba di stasiun tujuh jam sebelum keretanya meninggalkan Beijing [ha/ (Reuters)]/dw.com/id. []

Berita terkait
Pandemi Virus Corona di China Kembali Melonjak
China laporkan kasus kematian pertama akibat virus corona sejak Mei 2020, sebagian karena kasus virus corona lonjakan di provinsi di bagian utara
37 Juta Warga China Dikarantina Cegah Pandemi Virus Corona
Sebuah provinsi di China menempatkan 37 juta penduduk dalam karantina massal menyusul ancaman penyebaran virus corona
WHO Akan Mulai Penyidikan Asal Muasal Wabah Corona di China
China akhrinya izinkan ilmuwan yang tergabung dalam WHO mulai penyidikan terkait asal usul penyebaran virus corona
0
Siapa di Balik ACT, Ini Orang-orang di Balik ACT yang Sedang Dikepung Kabar Miring
Orang-orang jadi kepo, siapa di balik ACT, pengelola dana umat untuk kemanusiaan tapi diduga salurkan sumbangan buat teroris. Pengurus hidup mewah.