37 Juta Warga China Dikarantina Cegah Pandemi Virus Corona

Sebuah provinsi di China menempatkan 37 juta penduduk dalam karantina massal menyusul ancaman penyebaran virus corona
Tes massal virus corona di Shijiazhuang, Hebei, China. Menurut pemerintah lokal, sebanyak 10 juta penduduk kota sudah menjalani pemeriksaan (Foto: dw.com/id)

Jakarta - Sebuah provinsi di China menempatkan 37 juta penduduk dalam karantina massal menyusul ancaman penyebaran virus corona. Kasus infeksi yang dilaporkan berjumlah 28, dan 12 di antaranya tercatat tanpa gejala.

China tergolong berhasil meredam pandemi virus corona sejak pertama kali muncul di Wuhan akhir 2019 silam. Namun, kemunculan kasus penularan dalam beberapa pekan terakhir memaksa otoritas daerah membatasi ruang gerak penduduk di kawasan utara.

Saat ini sekitar 20 juta penduduk China hidup di bawah pembatasan sosial atau lockdown.

1. Tiga Kasus Ditemukan di Ibu Kota Provinsi

Pada Rabu, 13 Januari 2021, Provinsi Heilongjiang yang berpenduduk 37,5 juta orang, menetapkan "status darurat” dan melarang warga keluar rumah kecuali untuk urusan penting. Penyebabnya adalah penemuan 28 kasus Covid-19, termasuk 12 kasus tanpa gejala.

Tiga kasus ditemukan di ibu kota provinsi, Harbin, yang dikenal sebagai tuan rumah festival patung es di China. Setiap tahun kota ini disambangi jutaan wisatawan ketika suhu membeku di kisaran minus 30 derajat celcius.

Adapun Suihua City yang dihuni sekitar 5,2 juta manusia dikarantina sejak Senin, 11 Januari 2021, menyusul penemuan 42 kasus nirgejala. Pemerintah China juga membatasi arus transportasi dari dan keluar sejumlah kota satelit di sekitar Suihua.

Meski kasus infeksi tergolong sedikit, Beijing terkesan ingin meredam penyebaran virus sedini mungkin. Besar harapan wabah menghilang sebelum Tahun Baru China pada 12 Februari mendatang, yang biasanya mendorong ratusan juta pemudik membanjiri jalanan dan stasiun untuk pulang kampung.

peta provinsiPeta Provinsi Hebei yang mengitari ibu kota Beijing di utara Cina. Provinsi ini menjadi episentrum teranyar wabah corona (Foto: dw.com/id)

Pemerintah meyakini arus pemudik tahun ini akan lebih kecil. Sebagian besar diprediksi menggunakan kendaraan pribadi untuk berpergian. Sementara buruh migran diminta menunda kepulangan.

2. Tahun Baru Minim Arus Mudik

Perayaan tahun baru seringkali menjadi satu-satunya kesempatan bagi buruh migran China untuk menjenguk keluarga.

Komisi Kesehatan Nasional pada Rabu, 13 Januari 2021, mencatat penemuan sebanyak 115 kasus baru Covid-19. Klaster terbesar berada di provinsi Hebei yang mengitari ibu kota Beijing.

Sejak pekan lalu pemerintah sudah menggiatkan tes massal dan memadamkan kehidupan publik di sekolah atau pusat bisnis di Kota Shijazhuang di Hebei, yang merupakan epsentrum wabah teranyar di China.

Menurut otoritas lokal, sebanyak 10 juta penduduk Shijazhuang diwajibkan menjalani pemeriksaan kedua. Hal ini diperlukan untuk mendeteksi lokasi awal penyebaran. Klaster pertama diyakini muncul di sebuah pesta pernikahan.

Langkah serupa dikabarkan juga dilakukan di Wuhan yang menjadi episentrum pertama pandemi virus corona. Awal tahun 2020 silam sebanyak 11 juta penduduk dikarantina selama 76 hari di masa-masa awal pandemi.

Lonjakan penyebaran virus di China terjadi ketika tim investigasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) dijadwalkan menyambangi Wuhan, untuk menyelidiki asal muasal wabah corona [rzn/hp (afp, rtr)]/dw.com/id. []

Berita terkait
WHO Akan Mulai Penyidikan Asal Muasal Wabah Corona di China
China akhrinya izinkan ilmuwan yang tergabung dalam WHO mulai penyidikan terkait asal usul penyebaran virus corona
China Belum Beri Izin Bagi Tim Pemeriksa Asal Virus Corona
WHO sangat kecewa karena China belum selesaikan izin kunjungan tim pemeriksa asal usul virus corona (Covid-19) ke Kota Wuhan
China Akan Tes 9 Juta Warga Qingdao Terkait Virus Corona
Penemuan kasus baru virus corona di Qingdao, China, membuat otoritas China akan melakan tes virus corona terhadap 9 juga warga kota itu
0
Staf Medis Maradona Akan Diadili Atas Kematian Legenda Sepak Bola Itu
Hakim perintahkan pengadilan pembunuhan yang bersalah setelah panel medis temukan perawatan Maradona ada "kekurangan dan penyimpangan"