Denny Siregar Sombong, Tolak Jabatan Komisaris BUMN

Kenapa? Itu pertanyaan yang selalu datang dari teman. Sombong banget sih lu Denny Siregar, menolak tawaran jabatan komisaris di BUMN.
Denny Siregar. (Foto: Facebook/Denny Siregar)

Tidak bisa disangkal, tawaran jabatan menjadi Komisaris di sebuah perusahaan negara itu sangat menggoda. Bayangkan. Di sana ada gengsi jabatan, ada juga uang bulanan dan banyak fasilitas, dan jam kerja yang tidak rutin pula. Makanya banyak orang berebut untuk menjadi Komisaris, bahkan sampai harus mengemis-ngemis merendahkan dirinya supaya dia menjabat di sana.

Apakah saya mendapat tawaran juga? Saya harus akui ya. Banyak pertimbangan kenapa tawaran itu ada, sebagian besar karena saya dianggap berjasa dalam sebuah pertarungan politik. Juga karena tulisan dianggap berpengaruh. Meskipun saya hanya ingin menulis menyampaikan apa yang saya pikirkan, tanpa keinginan untuk menjadi "apa".

Apakah tidak tergoda? Jujur harus dikatakan, saya sempat tergoda. Meski akhirnya harus berpikir ulang dan menolak dengan sopan.

Kenapa? Itu pertanyaan yang selalu datang dari teman. "Sombong banget sih lu!" Ada juga yang bilang begitu. Saya juga enggak tahu kenapa menolak tawaran indah itu. Enggak ada alasan yang kuat, hanya nurani saja yang bergerak.

Mungkin pada dasarnya saya orang pekerja. Saya senang ada di lapangan, bukan di belakang meja besar, bertemu banyak orang, memulai dari hal kecil menjadi besar, saya senang di bayar karena keringat bukan karena dapat penghargaan.

Kenapa? Itu pertanyaan yang selalu datang dari teman. 'Sombong banget sih lu!' Ada juga yang bilang begitu.

Mungkin juga saya merasa tidak cocok diberikan penghargaan besar untuk hal kecil yang saya lakukan. Atau tidak ingin terpenjara oleh balas budi karena sudah dapat bantuan.

Atau... ah, entahlah. Yang pasti, saya tidak ingin berada di tempat yang saya merasa tidak nyaman. Daripada enggak lama duduk di sana dan akhirnya keluar karena enggak bisa membohongi diri, mendingan tolak saja sekalian.

Ini bukan masalah uang, karena pasti butuh. Semua juga begitu. Tapi bagaimana mencarinya itu yang penting. Saya tidak ingin terlena kenikmatan sesaat yang membuat motivasi untuk berbuat baik demi negeri ini, hanya diukur sebatas materi. Uang bisa dicari, kenikmatan nurani tidak bisa dibeli.

Idealis? Enggak. Saya realistis. Bahkan saking realistisnya saya berpikir bahwa saya tidak cocok berada dalam sebuah jabatan. Keasyikan petualangan itu jadi hilang. Hidup terlalu nikmat juga enggak ada seru-serunya.

Mungkin saya hanya ingin minum kopi kembali, di warkop-warkop dengan harga secangkir 3 rebuan, dan gelas kopi bau sabun batangan, mendengar cerita rakyat kecil dengan semua pandangan sederhana mereka.

Kalaupun kelak jadi kaya, itu karena apa yang saya kerjakan dalam wirausaha berhasil, bukan karena dapat jabatan. Karena bagi saya, proses itulah sejatinya kekayaan.

*Penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi

Baca tulisan opini lain:

Berita terkait
Rahasia Sukses Erick Thohir Selamatkan BUMN
Menteri BUMN Erick Thohir dinilai sukses menyelamatkan perusahaan-perusahaan milik negara, tadinya tidak efisien menjadi efisien. Apa rahasianya.
Rampingkan BUMN, Erick Thohir Pangkas 35 Kategori
Menteri BUMN Erick Thohir berniat merampingkan perseroan pelat merah hingga 70 kategori, setelah melakukan pemangkasan tahap pertama yaitu 35 BUMN.
Denny Siregar: Restu Jokowi untuk Erick Thohir
Saya paham kenapa banyak yang menyerang Erick Thohir belakangan ini. Banyak karakter asli bermunculan ketika periuk nasi digoyang. Denny Siregar.
0
Harga Emas Antam di Pegadaian, Kamis 23 Juni 2022
Harga emas Antam hari ini di Pegadaian, Kamis, 23 Juni 2022, untuk ukuran 1 gram mencapai Rp 1.028.000. Simak ulasannya berikut ini.