Wisatawan Meningkat Bisa Mengancam Kehidupan Komodo

"Jangan sampai kehadiran wisatawan dalam jumlah banyak membuat satwa komodo terganggu dan berekasi balik terhadap rangsangan dari luar, ini yang penting kita jaga,"
Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) Nusa Tenggara Timur mengkhawatirkan kondisi satwa purba komodo di Pulau Komodo, Labuan Bajo, terganggu akibat kunjungan wisatawan yang terus meningkat. "Dampaknya bisa saja menggangu kenyamanan satwa komodo itu sendiri karena kalau tiap hari menjadi sorotan manusia yang membanjir bisa membuat mereka terancam." (Foto: Istimewa)

Kupang, (Tagar 3/11/2017) – Indonesia memiliki hewan peninggalan zaman purba yang tak dimiliki daerah lain. Hewan bernama komodo itu sangat menarik perhatian warga dunia yang tertarik dengan bentuk dan perilaku kadal raksasa tersebut. Namun, banyaknya wisatawan yang datang untuk melihat langsung reptil tersebut membawa dampak negatif juga.

Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) Nusa Tenggara Timur mengkhawatirkan kondisi satwa purba komodo di Pulau Komodo, Labuan Bajo, terganggu akibat kunjungan wisatawan yang terus meningkat.

"Kami khawatirkan Pulau Komodo akan penuh yang berdampak pada kondisi satwa komodo itu sendiri karena arus wisatawan dari waktu ke waktu terus meningkat," kata Ketua ASITA NTT Abed Frans di Kupang, Jumat (3/11).

Ia mengatakan, meskipun belum mendapatkan data perbandingan jumlah kunjungan wisatawan dalam tahun ini dengan sebelumnya, namun sebagai agen operator tour pihaknya mengetahui kondisi arus kunjungan wisatawan saat ini yang menurunya sudah jauh lebih banyak.

Untuk itu, menurutnya, jika tidak diadakan pembatasan kunjungan maksimal wisatawan untuk setiap hari khusus ke Pulau Komodo yang merupakan salah satu destinasi wisata unggulan nasional, dikhawatirkan akan terjadi kelebihan kapasitas (over load).

"Dampaknya bisa saja menggangu kenyamanan satwa komodo itu sendiri karena kalau tiap hari menjadi sorotan manusia yang membanjir bisa membuat mereka terancam," katanya.

Menurutnya, pembatasan kunjungan itu perlu dilakukan untuk menjaga agar habitat satwa purba dengan nama latin varanus komodoensis tetap lestari.

"Tentu kita tidak inginkan komodo di sana menjadi liar dan justru berbalik menyerang wisatawan," katanya.

Abed meminta otoritas Taman Nasional Komodo di Labuan Bajo bisa mengatur secara baik arus kunjungan wisatawan ke daerah itu sehingga aspek keamanan dan keselamatan wisatawan bisa dijamin.

Kepala Dinas Pariwisata Provinsi NTT Ardu Marius Jelamu, secara terpisah mengaku pihaknya juga mengkhawatirkan membeludaknya kunjungan wisatawan ke Pulau Komodo sewaktu-waktu bisa mengusik keberadaan habitat satwa komodo.

"Jangan sampai kehadiran wisatawan dalam jumlah banyak membuat satwa komodo terganggu dan berekasi balik terhadap rangsangan dari luar, ini yang penting kita jaga," ujarnya.

Untuk itu perlu ada penelitian dari kementerian dengan menggandeng perguruan tinggi atau lembaga-lembaga penelitian, terkait dengan sejauh mana sensitivitas komodo terhadap rangsangan suara atau kegaduhan, warna-warna, dan gerak-gerik, katanya.

Jika ada hasil penelitian ilmiah terkait hal itu, lanjutnya, dapat diantisipasi manakala kehadiran wisatawan dalam jumlah banyak membuat satwa komodo mengalami stres, jatuh sakit, dan berusia pendek.

"Sehingga kalau kehadiran banyak sekali orang membuat komodo terganggu maka perlu diatur misalnya dengan sistem kloter, jadi berapa jumlah pengunjung dalam beberapa jam, kemudian diganti kloter pengunjung lainnya, dan seterusnya," katanya. (rif/ant)

Berita terkait
0
DPR Terbuka Menampung Kritik dan Saran untuk RKUHP
Arsul Sani mengungkapkan, RUU KUHP merupakan inisiatif Pemerintah. Karena itu, sesuai mekanisme pembentukan undang-undang.