Wisata Halal di Bali, TKN: Sandiaga Uno Jualan Kampanye

'Saya kira Sandi tahu, tetapi sengaja saja untuk bikin rame'
Direktur Komunikasi Politik Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf, Usman Kansong. (Foto: Tagar/Morteza)

Jakarta, (Tagar 27/2/2019) - Calon wakil presiden nomor urut 02 Sandiaga Uno untuk kedua kalinya mengagas penerapan konsep pariwisata halal untuk menggebrak potensi ekonomi UMKM masyarakat di daerah.

Pertama, ketika Sandi masih menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta, ia menginginkan wisata halal dapat dikembangkan di Ibu Kota. Namun, tak sempat menunaikan itu, Sandi justru memilih mundur dari posisi Wagub untuk naik kasta menjadi Wapres.

Terbaru, gagasan yang sama ia lontarkan saat berkampanye di Provinsi Bali pada 24 Februari 2019. Sandi ingin Pulau Dewata menjadi destinasi wisata halal unggulan yang ia impikan bisa menyalip wisata di Bangkok, Thailand.

Menanggapi hal tersebut Direktur Komunikasi Politik Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf, Usman Kansong, mengatakan tidak ada salahnya bila melontarkan gagasan maupun ide. Namun, alangkah baiknya bila wacana wisata halal ini mesti diperhitungkan juga dengan kearifan lokal masyarakat setempat. Sebab, Bali dikenal mayoritas penduduknya memeluk agama Hindu, meskipun banyak juga yang memeluk agama Islam.

Usman menambahkan, wacana wisata halal lebih tepat bila diterapkan di Nusa Tenggara Barat (NTB), atau lebih umum dikenal dengan Pulau Lombok.

"Jadi, intinya wisata halal itu menurut saya harus mempertimbangkan kearifan lokal masyarakat setempat. Sebab, kalau tidak, itu juga akan gagal menjadi wisata halal. Semisal di NTB, sesuai dengan kearifan lokal. Dan yang kita tahu wisata halal itu perspektifnya kan Islam, ukuran halal itu dalam arti agama Islam, sementara di Bali sebagian besar penduduknya beragama Hindu yang punya atau ukuran kearifan lokal sendiri," ucap Usman saat dihubungi Tagar News, Rabu (27/2).

Baca juga: Mudah Cari Makan Halal dan Ibadah di Bali, PSI Kritik Wacana Sandi

"Saya kira kalau segala sesuatu yang tidak menyesuaikan diri dengan kearifan lokal setempat, itu biasanya akan mendapatkan resistensi dari masyarakat. Itu ukurannya," ucap dia menegaskan.

Usman melanjutkan, dalam konteks ini siapun yang tidak menyesuaikan diri dengan kearifan lokal masyarakat setempat, tentu saja gagasan yang dimaksud dapat berdampak dengan penentangan dari masyarakat adat, utamanya yang memiliki basis budaya kuat secara turun temurun seperti Bali. Sebab, kata Usman, masyarakat Bali dikenal sudah punya ukuran dan standar yang tidak bisa dipaksakan.

"Saya kira akan mendapat resistensi dari masyarakat karena masyarakat Bali punya ukuran dan stadar sendiri yang tidak bisa kita paksakan. Kalau tidak sesuai, ya akan mendapat resistensi. Di NTB orang welcome," jelasnya.

Pada Pilpres 2014, capres-cawapres Joko Widodo-Jusuf Kalla meraih 71,42 persen suara sah di Provinsi Bali, atau sebanyak 1.535.110 suara. Lalu pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa mendapatkan 614.241 suara atau hanya meraih (28,58 persen) suara.

Berpusat dari data di atas, menurut Usman, dalam kontestasi kampanye ini tentu ada upaya dari Sandiaga Uno untuk memikat hati masyarakat Bali. Sebab, dari Pilpres 2014, Pulau Dewata dikenal telah menjadi lumbung suara Joko Widodo serta menjadi basis massa kuat dari partai berlogo kepala banteng.

"Saya melihatnya ini seperti jualan kampanye yang tidak tahu bisa dipenuhi atau tidak. Jika melihat argumen harus sesuai dengan kearifan lokal, bila tidak, ya mendapatkan resistensi. Itu menjadi ukuran. Menurut saya lebih ke jualan kampanye. Saya kira Sandi tahu, tetapi sengaja saja untuk bikin rame," ujar Usman.

"Ya boleh-boleh saja dia mau merebut seperti itu, tetapi nanti kan hasil pemilu akan kelihatan. Sudah berulang kali pemilu, pileg, pilkada, itu kan biasanya yang menang adalah yang diusung oleh PDIP. Sudah kuat mau diapa-apain juga, minimal sampai Pemilu 2019 ini saya kira masih kuat 01," urainya optimis.

Baca juga: Sandiaga Diusir Pedagang, Komite Pedagang Pasar: Memang Sudah Seharusnya

Berita terkait
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.