Jakarta - Etiket salam siku menggantikan jabat tangan muncul dalam pergaulan dunia seiring World Health Organization (WHO) atau Badan Kesehatan Dunia menetapkan virus corona sebagai pendemi global. Menurut Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko upaya itu baik sebagai bagian antisipasi pencegahan.
"Ya saya pikir itu cara bagus karena intinya kita sama-sama tidak tahu kalau memasuki area. Kalau salaman ada risiko, tapi kalau dengan cara-cara begini nggak ada yang tersinggung walaupun agak lucu-lucuan, tapi itu bagus," kata Moeldoko di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis, 12 Maret 2020.
Saya sudah menerapkan.
Menurut dia, jabat tangan memiliki risiko tertular virus corona. Sementara menerapkannya salam siku sebagai pengganti tak ada salahnya karena tidak melanggar etiket, terlebih kini menjadi tren pejabat dunia. Moeldoko mengaku sudah menerapkan salam siku tersebut. "Saya sudah menerapkan," ujar Moeldoko.
Moeldoko mengatakan salam siku belum diterapkan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Dia tidak menjelaskan secara detail alasan mengapa Jokowi masih belum mengganti jabat tangan dengan menerapkan salam siku."(Presiden Jokowi) belum," katanya.
Dari agenda kepresidenan terakhir, Jokowi masih bersalaman dengan pejabat atau tamu negara. Seperti saat kunjungan Raja Belanda Willem Alexander di Istana Kepresidenan Jakarta pada Selasa, 14 Maret 2020.
Dalam kunjungan itu, cucu kedua Jokowi, Sedah Mirah Nasution, ikut hadir meramaikan suasana. Sedah turut muncul menyambut Raja dan Ratu Belanda tersebut. Kala itu, bocah berusia 1,5 tahun tersebut memakai kebaya putih dipadu kain batik.
Acara itu juga diiringi dikembalikan keris Pangeran Diponegoro ke Indonesia. Keris dengan sarung berwarna kuning dibalut gagang coklat tersebut dipajang menarik dalam sebuah kotak kaca. Selama ini keris dari pejuang Indonesia itu berada di Museum Volkenkunde, Leiden, Belanda. []