Warga Kolombia Meriahkan Rebutan Gunungan Keraton

Warga negara Kolombia meriahkan tradisi kebudayaan Gunungan di Keraton Yogyakarta. Mereka sangat antusias berbaur dengan warga lokal.
Prajurit Keraton Yogyakarta membawa gunungan hasil bumi dalam acara Garebeg Besar di halaman Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta, pada Senin, 12 Agustus 2019 (Foto : Tagar/Ridwan Anshori).

Jakarta - Tradisi Garebeg Besar yang digelar Keraton Yogyakarta untuk memperingati Hari Raya Idul Adha selalu dibanjiri ratusan masyarakat dari tahun ke tahun. 

Menariknya, terdapat sejumlah warga negara Kolombia yang ikut meramaikan tradisi ini pada Senin, 12 Agustus 2019. 

Puncak acara Garebeg Besar adalah berebut gunungan yang berisi hasil bumi warga. Ratusan orang sejak pagi hari sudah berdiri mengular, tidak sabar menanti puncak tradisi yang sudah berjalan turun-temurun selama ratusan tahun ini.

Saat berebut gunungan, antara warga lokal dan warga negara asing saling merangsek maju ke tengah berbaur dengan warga lain. 

Mereka rela berdesak-desakan dan terlihat sangat antusias untuk mendapatkan hasil bumi yang disusun dalam bentuk kerucut ini.

Namanya Viona dan Adara, dua wisatawan asal Kolombia. Keduanya rela melebur bersama warga lokal.

Usaha kerasnya pun ternyata membuahkan hasil. Dengan gelak tawa riang dan jerih payah, Viona berhasil meraih kacang panjang. Sementara Adara mendapat dua butir kentang. 

Warga berebut Gunung di Keraton YogyakartaWarga antusias berebut gunungan hasil bumi dalam acara Garebeg Besar di halaman Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta, pada Senin, 12 Agustus 2019 (Foto: Tagar/Ridwan Anshori).

Mereka sebenarnya tidak tahu-menahu untuk apa hasil pertanian yang sudah berhasil digenggam. Keduanya mengaku hanya tertarik berpartisipasi secara spontan guna mememeriahkan suasana. 

"Ini kegiatan yang unik, berebut di antara banyak orang. Tradisi Jawa itu genuine, tidak ada di negara lain," kata Adara dengan terkesima kepada Tagar, Senin, 12 Agustus 2019.

Tanpa diberitahu orang lain ia pun memahami langsung, bahwa acara Gerebeg Besar adalah pesta rakyat. Di negara asal juga ada, Viona mengatakan jika pesta rakyat memang sarat akan kegembiaraan. 

"Di Kolombia ada banyak festival, semuanya (warga) bergembira," ujar Adara seraya tersenyum.

Ini kegiatan yang unik, berebut di antara banyak orang. Tradisi Jawa itu genuine, tidak ada di negara lain.

Sementara itu, Penghageng Tepas Tandha Yekti Kraton Ngayogyakarta, Hadiningrat Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hayu menjelaskan tradisi ini bernama Hajad Dalem Garebeg Besar dalam kesultanan. 

"Ada tujuh gunungan dibagikan kepada warga," kata dia.

Ia mengatakan, tujuh gunungan dibagikan di tiga tempat yang berbeda. Sisanya dibagikan di halaman Kagungan Dalem Masjid Gedhe, serta dua gunungan lain masing-masing dibagikan di Puro Pakualaman dan Kepatihan.

Untuk diketahui, Keraton Yogyakarta dalam satu tahun menggelar tiga kali Garebeg Besar yakni saat peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang disebut Garebeg Mualud, Idul Syawal atau Garebeg Sawal, dan Idul Adha yang disebut dengan Garebeg Besar.

Tradisi rebutan gunungan hasil bumi ini, menurutnya, merupakan wujud syukur atas kemakmuran yang diberikan Tuhan YME kepada Keraton Yogyakarta. Dengan rasa syukur itu ia berharap raja dan keluarga diberi kesehatan dan keselamatan.

“Sebagai wujud syukur itu, raja yang bertakhta, bersedekah kepada rakyatnya dengan membagi-bagikan hasil pertanian. Tradisi ini juga sebagai simbol kedekatan raja dan keluarga dengan rakyat jelata,” tuturnya. []

Baca juga:

Berita terkait
Gubsu Edy Rahmayadi Lepas Karnaval Budaya di Medan
Gubsu Edy Rahmayadi melepas karnaval budaya Festival Pesona Lokal Medan 2019 di Lapangan Merdeka Medan.
Budaya Batak Bukan "Dijual" untuk Pariwisata
Pembangunan di Tanah Batak, khususnya kawasan Danau Toba, seringkali tak menyentuh kondisi sosial dan budaya.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.